6 Tanda Kamu Punya Luka Batin Menurut Psikologi – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comTampaknya setiap orang memiliki luka batin yang sering kali mereka pendam.

Luka batin ini secara kasat mata tak terlihat, dan orang yang mengalaminya sering menyembunyikannya.

Luka batin dapat berasal dari peristiwa pengkhianatan oleh teman yang dipercaya, penolakan dari orang yang dicintai, intimidasi atau bahkan penghinaan orang lain terhadap Anda, ketidakadilan, hingga pengabaian.

Dikutip dari laman cornercanyonhc.com, meski luka batin tak terlihat, 7 tanda ini dapat menunjukkan bahwa Anda memiliki luka batin yang terpendam di dalam diri Anda, simak apa saja.

 

1. Kesedihan dan duka

Perasaan sedih yang terus-menerus atau rasa duka yang mendalam sering kali mengindikasikan adanya luka lama yang belum terselesaikan.

Hal ini dapat bermanifestasi sebagai seringnya menangis saat sendiri, wajah bingung saat di tempat umum, perasaan hampa, atau kesedihan mendalam yang sepertinya tidak kunjung hilang.

2. Kemarahan

Seseorang mungkin mendapati dirinya mudah marah, mudah frustrasi, atau cepat marah, sering kali tidak sebanding dengan situasi yang dihadapi.

3. Ketakutan dan kecemasan

Luka emosional dapat membuat seseorang terus-menerus merasa tidak aman atau takut.

Hal ini mungkin terlihat sebagai kecemasan, serangan panik, atau kekhawatiran terus-menerus tentang potensi kerugian atau kerugian di masa depan.

4. Penarikan diri dari kegiatan sosial

Seseorang mungkin menarik diri dari teman, keluarga, atau kegiatan sosial.

Penarikan diri ini sering kali merupakan tindakan perlindungan untuk menghindari situasi yang berpotensi membuka kembali luka emosional.

5. Agresi atau Agresivitas Pasif

Agresi mungkin lebih terbuka dan dapat mencakup perilaku konfrontatif atau destruktif, sedangkan agresivitas pasif dapat terwujud melalui sarkasme, perlakuan diam-diam, atau tindakan pemberontakan yang halus.

6. Kompensasi yang berlebih

Kadang-kadang, individu mungkin memberikan kompensasi yang berlebihan dalam upaya menutupi luka emosional mereka.

Hal ini dapat mencakup perilaku yang terlalu positif, perfeksionisme, atau pencapaian yang berlebihan untuk menghindari rasa sakit yang mendasarinya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *