Ancaman Megathrust, BMKG Siapkan Sistem Peringatan Dini Gempa & Tsunami – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat ini tengah berdiskusi dengan beberapa pakar dalam menyiapkan teknologi peringatan dini gempa bumi dan tsunami.

Hal tersebut disampaikan oleh Plt Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

“Sistem ini tidak hanya disiapkan untuk menghadapi tsunami megathrust, tetapi juga untuk berbagai jenis tsunami lainnya,” katanya, dikutip dari laman BMKG, Minggu (8/9/2024).

Dwikorita menekankan bahwa sistem peringatan dini tsunami yang dirancang berfokus pada ancaman tsunami megathrust. Teknologi ini nantinya berupa Sistem Processing Merah.

Di Indonesia sendiri sudah ada sistem peringatan dini terhadap ancaman tsunami. Sistem tersebut bernama InaTEWS.

Dwikorita mengatakan sistem tersebut harus ditingkatkan kualitasnya untuk memberikan informasi gempa bumi yang lebih baik.

Untuk menyukseskan pengembangan alat peringatan dini gempa dan tsunami, BMKG menggandeng pakar-pakar dari berbagai universitas di Indonesia.

Selain itu, pihaknya juga akan terus berkolaborasi dengan negara maju.

“Ke depannya, kita berharap bisa lebih mandiri dalam mengembangkan teknologi mitigasi bencana, meskipun kolaborasi dengan negara maju tetap dilakukan, kita tidak ingin lagi bergantung sepenuhnya pada teknologi mereka,” kata Dwikorita.

Sistem baru yang dikembangkan nantinya diberi nama “Merah Putih”. Nama tersebut menjadi tanda bahwa pengambangnya adalah pakar-pakar dari Indonesia.

Beberapa kampus yang sejauh ini akan terlibat yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia (UI).

Selain untuk memberikan informasi bencana, Sistem Processing InaTEWS Merah Putih juga diharapkan bisa membuka kreativitas dan kolaborasi dari akademisi, pemerintah hingga lembaga internasional.

Dwikorita mengatakan Indonesia tidak boleh terus ketergantungan terhadap teknologi asing. Menurutnya, pemerintah perlu mendorong lagi karya dan inovasi dari kalangan akademisi di kampus-kampus Tanah Air.

Selain itu, Dwikorita juga berharap sistem bisa menjadi alat bagi pemangku kepentingan dalam membuat upaya mitigasi yang tepat.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *