Anjuran RS dan Faskes Kelola Limbah Medis dengan Konsep Green Hospital – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comLimbah medis termasuk dalam golongan limbah bahan beracun berbahaya (B3).

Rumah sakit (RS) atau layanan kesehatan kerap dituntut untuk mengelola limbah medisnya agar tidak mencemari lingkungan.

Selama ini, meski setiap RS sudah mengelola instalasi pembuangan limbahnya, kadang masih saja ada masyarakat kerap terganggu.

Maka dari itu, ke depannya RS dan layanan kesehatan menyiapkan pengolahan limbah yang ramah lingkungan alias green hospital.

Langkah itu bisa saja memakai insinerator ramah lingkungan dengan teknologi modern.

Memang mengelola limbah medis dengan insinerator dengan teknologi modern tidak dapat dilakukan rumah sakit sendiri, harus ada profesional yang melakukannya.

Saat ini profesional yang mengelola limbah B3 dengan insinerator ramah lingkungan baru dilakukan PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI).

Senior Sales Manager PPLI Imam Zulkarnain mengatakan, teknologi thermal sudah lama diterapkan oleh pihak rumah sakit sebagai upaya memusnahkan limbah medis.

Namun, teknologi thermal dengan fasilitas insinerator yang dimiliki masih sangat sederhana. Umumnya menghasilkan emisi yang tinggi sehingga mencemari lingkungan.

Untuk itu perlu ada insinerator ramah lingkungan dengan teknologi termodern.

“Insinerator tanpa menggunakan bahan bakar, tapi menggunakan reaktor yang mampu menyaring dan menangkap gas berbahaya, sehingga gas buangannya sangat bersih,” ungkap Imam Zulkarnain, Selasa (21/11).

Pandangan itu juga sudah dikemukakan Imam Zulkarnain di hadapan para manajemen pengelola rumah sakit dan Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (AKLI) di Jawa Barat di Kota Bandung, pekan lalu.

Terbaru, pemamahan soal pengelolaan limbah ramah lingkungan juga disampaikan kepada tenaga kesehatan sejumlah rumah sakit di Banten yang dipusatkan di Tangerang pada Senin (20/11).

Lebih jauh dia mengatakan, dengan teknologi CEMS, insinerator yang memiliki daya tampung hingga 50 ton per hari itu juga dapat mengukur gas buangan, sehingga dipastikan benar-benar bersih, dan rendah emisi.

“Insinerator ini salah satu yang terbesar di Asia Tenggara,” klaimnya.

Imam menyadari bahwa teknologi thermal sudah lama diterapkan oleh pihak rumah sakit sebagai upaya memusnahkan limbah medis yang dihasilkan.

Namun teknologi thermal dengan fasilitas insinerator yang dimiliki masih sangat sederhana dan umumnya menghasilkan emisi yang tinggi sehingga mencemari lingkungan.

Manager Humas PPLI Arum Tri Pusposari menambahkan, program sanitasi lingkungan rumah sakit di era 5.0 penuh dengan tuntutan adaptasi teknologi.

Pihaknya berupaya untuk menyusun konsep dan memberikan solusi terkait penerapan program green hospital kepada manajemen rumah sakit.

Untuk di Tangerang, sosialisasi teknologi pengelolaan limbah medis dengan ramah lingkungan diikuti 33 rumah sakit, belasan klinik, dan puluhan puskesmas di Tangerang.

Technical Support Manager PPLI Muhammad Yusuf Firdaus menjelaskan teknologi yang dimiliki PPLI. Teknologi yang dimiliki perusahaan dari Jepang itu tidak hanya ramah lingkungan, fasilitas pengelolaan limbah B3 juga terintegrasi.

“Mulai dari pengemasan, pengangkutan, pengujian, pengelolaan hingga penimbunan akhir limbahnya,” tandas Muhammad Yusuf Firdaus.

Bahkan, teknologi yang dimiliki memungkinkan PPLI menerapkan ekonomi sirkular.

“Pemanfaatan kembali limbah B3 yang diolah, sebagian hasilnya bisa dimanfaatkan kembali sebagai energi terbarukan,” ungkapnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *