Asyiknya Wisata Edukasi dan Sejarah di Museum Jenang dan Gusjigang Kudus

Museum Jenang GusjigangBangunan Museum Jenang dan Gusjigang Kudus nampak dari depan. (Foto: Istimewa)

Kudus, Liputanbangsa.comMuseum Jenang dan Gusjigang merupakan wisata edukasi dan sejarah yang telah mendapat Penghargaan Rekor MURI sebagai museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Museum tersebut berdiri sejak tahun 2017 dan kini terus berkembang menjadi salah satu ikon pariwisata di Kudus. Keberadaannya semakin meneguhkan Kudus menjadi penghasil jenang terbesar di Jawa Tengah.

Salah satu pengunjung saat mengamati kaligrafi mahakarya putra asli Kudus. (oke)

Museum yang berlokasi di Jalan Sunan Muria No.33, Glantengan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus itu lokasinya mudah dijangkau, jaraknya dari pusat kota (Alun-alun Simpang Tujuh) tidak lebih dari 1 kilometer atau bisa ditempuh dengan kendaraan hanya 3 menit saja.

Direktur Mubarokfood, Muhammad Hilmy, sekaligus Pendiri Museum Jenang dan Gusjigang melalui Manager Marketingnya, Muhammad Kirom menjelaskan, Mindset mengunjungi museum sekarang berbeda dibanding asumsi sebelumnya. Jika dulu datang ke sebuah museum adalah sesuatu yang monoton dan membosankan, saat ini masyarakat justru sangat tertarik untuk berkunjung ke museum.

“Karena sekarang banyak museum yang menampilkan koleksinya dengan sangat menarik. Selain itu lebih instagramable dan mengikuti perkembangan jaman,” kata Kirom.

Demikian juga Museum Jenang dan Gusjigang. Selain menceritakan tentang perjalanan usaha Jenang Kudus Mubarok dari generasi ke generasi, tetapi juga hadir sebagai tempat wisata edukasi terpadu.

Baca Juga: Taman Krida Wisata dan Taman Ria Kudus Jadi Referensi Liburan Keluarga dan Berkemah

Museum Jenang dan Gusjigang menyuguhkan wisata edukasi, sejarah, seni budaya, wisata religi juga wisata industri. Selain itu juga menghadirkan wisata belanja yang dilengkapi dengan venue, benda koleksi dan spot swafoto yang unik dan menarik.

Pembuatan jenang (foto IG Museum Jenang)
Pembuatan jenang (foto IG Museum Jenang)

Museum Jenang dan Gusjigang menampilkan budaya dan juga kearifan lokal yang ada di Kudus dan Jawa Tengah. Bahkan di tahun 2022 yang lalu museum ini mendapatkan anugerah rekor MURI sebagai Museum Jenang Pertama di Indonesia.

Museum Jenang dan Wisata Edukasi Gusjigang juga memiliki venue baru berupa ruang pamer yang berisi puluhan kaligrafi dari 6 putra asli Kudus berprestasi dunia. Ruangan tersebut diberi nama Al QUDS Galeri Kaligrafi Indonesia, Mahakarya Mendunia Putra Kudus.

Pihaknya berharap adanya berbagai venue yang ditawarkan akan membuat para pengunjung betah berlama – lama di dalam museum untuk berwisata dan belajar, menikmati karya seni ataupun hanya sekedar berselfie.

“Semoga Museum Jenang dan Wisata Edukasi Gusjigang semakin berperan sebagai media yang memberikan edukasi tentang sejarah, kearifan lokal, serta jadi diri Kota Kudus dan Jawa Tengah kepada dunia,” tuturnya.

Repilka Menara Kudus di Museum Jenang
Repilka Menara Kudus di Museum Jenang (Istimewa)

Pantauan media ini, di lantai satu pengunjung bisa membeli olahan jenang Kudus untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Lalu setelah membeli tiket masuk, pengunjung naik ke lantai dua melalui tangga, disana bisa melihat sejumlah diorama, lukisan, ornamen-ornamen, miniatur, foto-foto tempo dulu, dan masih banyak lagi lainnya.

Dipajang pula potret pendiri dan pengelola jenang Kudus merek Mubarok dari generasi ke generasi, yang hingga sekarang telah memasuki generasi ketiga.

Dimulai perintis pertama jenang Mubarok, pasangan H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910 hingga tahun 1940. Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan H.A. Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun 1940 hingga tahun 1992. Lalu generasi ketiga, pasangan H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE sejak tahun 1992 hingga sekarang.

Ada pula Rumah Adat Kudus Rumah adat Kudus yang biasa disebut dengan istilah “Joglo Kudus”. Salah satu rumah tradisional masyarakat Kudus itu lazim disebut “atap pencu” dengan model bangunan yang didominasi seni ukir khas Kudus dan mencerminkan perpaduan akulturasi budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa), dan Eropa (Belanda).

Salah satu pengunjung, Rani mengaku senang bisa mengunjungi Museum ini, dirinya sekaligus mengenalkan sejak dini sejarah untuk anak-anaknya, “Senang bisa mengunjungi museum ini, disini sekaligus bisa mengedukasi anak tentang sejarah Kudus,” ujarnya. (oke/lbi)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *