BANYUWANGI, liputanbangsa.com – Banyuwangi usai Idul Fitri, masyarakat Osing Banyuwangi memiliki berbagai tradisi dan ritual adat yang biasa dilakukan.
Selain Barong Ider Bumi Kemiren, ritual adat Seblang Olehsari, juga digelar tradisi Puter Kayun yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Boyolangu Banyuwangi, Jumat (19/4).
Tradisi Puter Kayun merupakan tradisi napak tilas yang dilakukan warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi menuju wisata Watu Dodol.
Tradisi yang digelar tiap 10 Syawal ini merupakan penepatan janji warga Boyolangu kepada para leluhur yang telah berjasa membuka akses di kawasan Banyuwangi utara.
Banyak kaum muda yang terlibat dalam ritual Puter Kayun, dengan ikut mengarak delman.
“Dengan Puter Kayun kita mengingat dari mana berasal. Ini bentuk penghormatan kita kepada leluhur yang telah membuka akses ke wilayah utara,” ujar Iqbal Sani Dzulkahfi (24), saat ikut mengarak delman.
Salah satu warga mengatakan di tengah modernisasi seperti saat ini, tradisi dan seni budaya seperti Puter Kayun ini justru merupakan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.
“Tradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik yang menambah kekayaan ragam budaya Banyuwangi. Menurut saya tradisi ini menjadi simbol kebersamaan yang bisa menginspirasi banyak orang,” ujar Mahardika, pengunjung di acara tersebut.
Sementara Plt Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman mengatakan adat, tradisi, dan budaya Banyuwangi menjadi prioritas pelestarian Pemkab Banyuwangi.
“Untuk tradisi setelah lebaran di Banyuwangi memang banyak. Selain Puter Kayun, ada Barong Ider Bumi dan Seblang Olehsari yang masih berlangsung,” kata Taufiq.
(ar/lb)