Benarkah Ada Gunung Baru di Grobogan Jawa Tengah Usai Gempa Bawean? – Liputan Online Indonesia

GROBOGAN, liputanbangsa.comBaru-baru ini beredar di media sosial sebuah video munculnya gunung api baru yang mengeluarkan lumpur di Desa Kalanglundo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Munculnya gunung api lumpur itu diduga terjadi pasca gempa di Bawean, Gresik, Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Kemunculan video yang diunggah di akun Instagram @lampung.24jam tersebut, memunculkan berbagai spekulasi dari warganet yang menduga bahwa gundukan tersebut terjadi karena lumpur Lapindo yang muncul ke permukaan usai gempa.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Karanglundo, Supangat mengatakan, hal itu merupakan Bledug Kramesan yang sudah timbul puluhan tahun silam.

“Itu sudah lama, bahkan sebelum saya lahir sudah ada,” katanya pada Senin (25/3).

Bledug Kramesan berada di antara Desa Kalanglundo dan Desa Sendangrejo. Gunung tersebut diapit oleh area persawahan dan rawa.

Aktivitasnya pun tak jauh beda dengan Bledug Kuwu atau Bledug Cangkring.

“Ya timbul letupan-letupan kecil. Pasca gempa kemarin juga tidak memuntahkan lumpur banyak seperti Bledug Cangkring,” paparnya.

Meskipun juga terdapat sejumlah tuk atau sumber mata air yang keluar di area persawahan, tetapi aktivitas pertanian oleh warga setempat pun berjalan dengan baik.

Di sisi lain, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid juga turut menjelaskan fenomena tersebut.

Menurutnya, fenomena Bledug Kramesan bukan suatu hal yang luar biasa, melainkan sebagai mud volcano (gunung lumpur) yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Gempa di Bawean pada tanggal Jumat (22/3) sore dengan skala 6.5 SR menyebabkan sistem migrasi hidrokarbon maupun lumpur menjadi lebih aktif karena terdapat bukaan, patahan, atau rekahan.

“Gejolak lumpur menemukan jalan keluarnya yang pada kali ini melalui Bledug Cangkring, bukan Bledug Kramesan,” terangnya.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi terbentuknya hal tersebut, di antaranya amblesan, kecepatan pengendapan, lapisan plastis, cairan mengalami overpressure dan sedimen di bawah pemadatan, termasuk potensi hidrokarbon dan produksi air diagenetik serta kompresi tektonik dan gradien panas bumi yang tinggi.

“Masyarakat supaya tidak merasa panik. Karena Bledug Kramesan ini posisinya masih dalam satu sesar dengan Bledug Kuwu dan Bledug Cangkring,” pungkasnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *