BRIN Buka Suara Soal Penyebab Hujan Awet di Semarang – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.comPeneliti dari Badan Risten Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yulihastin mengungkapkan prakiraan cuaca ekstrem di Semarang, Rabu (13/3/2024).

Dikutip dari tulisannya yang diunggah dalam akun Twitter @EYulihastin, Rabu (13/3/2024), ia menyebut faktor penyebab hujan belum reda di kota Semarang.

Menurutnya, hujan mengalami perpanjangan di Jawa. Lantas apa penyebabnya?

Erma mengatakan efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jatim) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang.

“Hujan yg persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks. Semarang dan Kupang waspada,” ungkapnya.

Menurutnya, berdasarkan kajian beberapa efek pergerakan vorteks dari barat ke timur di selatan Jawa, dan pertumbuhannya dari vorteks menjadi bibit siklon tropis yakni:

  1. Menciptakan propagasi/penjalaran hujan dari laut ke darat.
  2. Menciptakan hujan dini hari intensitas tinggi/ekstrem.
  3. Memodulasi hujan selama berhari-hari dari yg semula hujan ringan lalu sedang dan terus meningkat menjadi ekstrem.
  4. Menciptakan squall line sehingga pada area yg dilintasi squall line hujan deras terjadi persisten.

Erma melanjutkan, selama badai siklonnya masih ada di selatan Jawa, maka setiap pergerakannya dapat me-remote berbagai fenomena cuaca ekstrem.

“Saya cek sudah lebih dari 12 jam konsentrasi hujan badainya memang ada di Semarang. Efek squall line besar yg memanjang dari laut menuju pesisir,” jelasnya.

“Terpantau squall line di Semarang yg semakin memanjang. Waspada banjir bandang, ya. Yang di sekitar DAS agar siaga evakuasi mandiri.,” lanjutnya.

Erma mengingatkan warga Semarang agar tetap waspada karena diperkirakan hujan belum akan reda.

“Agar tetap waspada siaga malam ini utk warga Semarang karena hujan deras terpantau masih awet di kota Semarang,” ujarnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *