Budaya Patriarki Masih Kental di Film ‘Gadis Kretek’, Bagaimana dengan Saat Ini ? – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comSudahkah kamu menamatkan 5 episode dari series ‘Gadis Kretek’? Sebuah series original milik Netflix ini digarap oleh dua pasangan sutradara, Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.

Sejak perilisannya di tanggal 2 November 2023, series ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, mulai dari akting yang sangat memukau dari para aktor papan atas seperti Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah atau Jeng Yah dan Ario Bayu sebagai Seoraja.

Di samping kepiawaian para aktor yang menyihir melalui akting mereka, ada jalan cerita, sinematografi, properti pendukung dalam film yang juga terus menjadi pembahasan hangat dari para netizen.

Melihat bagaimana media sosial jadi cukup ramai karena series ini, membuktikan bahwa series ‘Gadis Kretek’ berhasil meraih kesuksesannya dari awal penayangan.

Berbicara mengenai kesuksesan, hadirnya series ‘Gadis Kretek’ nggak luput dari sederet nama perempuan yang ikut berkarya, mulai dari penulis buku ‘Gadis Kretek’ Ratih Kumala, Kamila Andini sebagai sutradara dan tentu saja para aktris yang berhasil menyampaikan emosi yang sangat terasa kepada para penonton di depan layar.

Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya perempuan lebih dari Masak, Macak, dan Manak, bukan?

Yup, tiga hal di atas sempat disebutkan oleh Dasiyah pada episode dua di scene saat ia sedang belajar untuk menjahit dengan ibunya dan Rukayah.

Kalimat tersebut adalah bahasa Jawa yang memiliki arti memasak, berdandan, dan melahirkan anak.

Mungkin, karena latar film ini menyoroti tahun 1964, di mana saat itu perempuan masih digambarkan sebagai seseorang yang harus di rumah dan hanya boleh mengerjakan pekerjaan ringan dan nggak bisa menyuarakan pendapat mereka.

Mari saya ingatkan pada episode pertama di scene pembuka saat Dasiyah muncul dengan narasi suaranya yang menyuarakan “Perempuan nggak boleh ada di ruang saus, perempuan hanya boleh melinting”.

Di saat saya mendengar narasi itu, saya sempat mengerutkan dahi dan berpikir, kenapa begitu? Memangnya, ada apa dengan ruang saus?

Kemudian, narasi ini diperjelas dengan salah satu karakter peracik saus kepercayaan Pak Idroes, yang tegas melarang perempuan untuk masuk ke dalam ruang saus.

Menurutnya, saus yang diracik oleh perempuan akan terasa asam dan nggak layak untuk dikonsumsi.

Itu karena, pada saat itu rokok dilabeli sebagai objek yang hanya dapat dikonsumsi dan diracik oleh laki-laki.

Menit bergulir dan sampailah di scene saat Dasiyah ke pasar. Pada saat inilah seluruh mata yang ada di sana melirik dengan tatapan yang seakan-akan berbicara

“Buat apa perempuan ada di sini?”, “Perempuan kok merokok”, dan celetukan “Tahu apa perempuan soal kretek”.

Walaupun sering mendapatkan celetukan seperti itu, semangat yang dimiliki oleh Dasiyah nggak pernah hilang untuk mewujudkan ambisinya untuk menjadi seorang peracik saus handal dan menciptakan kretek terbaik, serta dapat memiliki kehidupan sesuai dengan kehendaknya.

Nah, itu dia sedikit kilas balik bagaimana ketimpangan antar gender di film ‘Gadis Kretek’.

Dari series ini, tergambarkan bahwa hierarki laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan, serta minimnya kesempatan untuk perempuan dapat ‘merdeka’ dan memiliki kehidupan yang mereka inginkan.

Lalu, hampir enam puluh tahun berlalu dari latar belakang dari film tersebut, apakah ada yang berubah dari kondisi yang menyoroti ketimpangan gender?

 

Global Gender Gap Report

Kesetaraan gender di masa kini sudah lebih mendapat perhatian, bahkan ada report khusus yang tertuang dalam Global Gender Gap Report, sebuah laporan khusus yang hadir melalui World Economic Forum (WEF).

Laporan ini pertama kali dibuat pada tahun 2006 dengan mengukur kesetaraan gender melalui empat dimensi, yaitu Partisipasi dan Peluang Ekonomi, Pencapaian Pendidikan, Kesehatan dan Kelangsungan Hidup, dan Pemberdayaan Politik.

Untuk penilaiannya, dilakukan melalui score yang memiliki nilai paling tinggi adalah 1,0 yang artinya negara tersebut memiliki kesetaraan gender yang lebih baik dan score terendah adalah 0.

Nah, report ini melaporkan hasil kajian pada 146 negara dan laporan ini juga terbagi dalam hasil penelitian yang mencakup global dan regional.

Nah, agar pembahasan ini jadi nggak terlalu panjang, saya akan langsung membahas pada bagian Indonesia dan bila kamu tertarik untuk mengetahui score dan pembahasan negara lain, kamu bisa kunjungi website Global Gender Gap Report yang menyediakan informasi lengkap, ya.

Oke, mari kita kembali kepada pembahasan bagaimanakan kesetaraan gender di Indonesia.

Dilansir melalui dokumen Global Gender Gap Report per bulan Juni 2023, Indonesia menempati peringkat 9 pada tingkat regional dan peringkat 87 pada tingkat global, dengan score 0.697.

Selain menempati posisi 10 besar pada posisi regional, Indonesia juga termasuk dalam 15 negara dengan populasi terbanyak dan menempati posisi ke-4.

Setiap tahunnya, score Indonesia mengalami kenaikan dalam perbaikan kesetaraan gender.

Yup, perbaikan kesetaraan gender terlihat melalui laporan tahun ini. Indonesia berhasil meningkatkan presentase pada beberapa bagian dalam dimensi yang dikaji pada Global Gender Gap Report.

Pada tahun ini, perempuan memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam dunia kerja dan presentase tahun ini naik menjadi 50%, yang menandakan bahwa saat ini perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam dunia kerja.

Hal ini juga memengaruhi pendapatan dari perempuan yang bisa menunjang kehidupannya menjadi lebih baik.

Kemudian, dalam ranah politik, perempuan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi di dalamnya dan tercatat 21,6% perempuan menjadi anggota parlemen dan 20,7% perempuan berkesempatan menjadi menteri.

Selanjutnya, Global Gender Gap Report juga mencatat kesempatan untuk perempuan mendapatkan pendidikan yang layak ada di angka 97,2% dan kesehatan dan kelangsungan hidup perempuan yang berada di angka 97%.

Presentase ini sama dengan tahun lalu, menandakan bahwa saat ini Indonesia memberikan perempuan kesempatan yang sama kepada laki-laki untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.

Bagaimana, apakah report ini mencerminkan keadilan antara perempuan dan laki-laki di Indonesia?

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *