Dampak Negatif Bawa Anak Ikut Menyaksikan Penyembelihan Kurban – Liputan Online Indonesia

(dok.istmewa)

liputanbangsa.com – Media sosial diramaikan dengan unggahan foto salat Idul Adha dan prosesi penyembelihan kurban.

Dari sekian banyak, yang menarik adalah unggahan yang memperlihatkan anak-anak turut menyaksikan ritual kurban.

Pertanyaannya, bolehkah anak-anak ikut menyaksikan proses penyembelihan kurban? Psikolog Mira Amir tidak menyarankannya.

Menurut Mira, usia anak, khususnya di bawah 5 tahun, belum bisa menangkap hal-hal yang sifatnya abstrak dan konseptual.

“Yang mereka kesankan adalah emosi yang terbentuk. Sensori visual menyeramkan, bunyi rintihan, darah, semua berasosiasi dengan rasa sakit lalu takut,” jelas Mira pada Kamis (29/6).

Stimulan mengerikan tersebut pada anak sifatnya kasuistik. Artinya, tak bisa disamakan pada setiap anak. Pasalnya, setiap anak memiliki tingkat sensitivitasnya masing-masing.

“Ini sifatnya kasuistik, tidak di semua anak. Anak bisa susah tidur. Kalau misal anak agak lebih besar, anak SD misal, dikasih tahu kalau ini dagingnya kambing yang disembelih tadi, anak bisa enggak mau makan,” katanya.

Sementara dalam jangka panjang, anak bisa mengasosiasikan stimulan yang dia temukan dengan rasa takut dan sakit.

Momen penyembelihan hewan kurban memang sudah lewat, tapi anak bisa ketakutan saat terpapar stimulan serupa.

Orang tua disarankan untuk memperkenalkan konsep berkurban dalam kaitannya dengan ibadah agama Islam terlebih dahulu.

Mira menyarankan untuk memperkenalkannya secara bertahap.

Mira juga mengingatkan agar orang tua tidak menempatkan anak seperti orang dewasa yang bisa menyerap informasi yang sifatnya abstrak.

“Berkaitan dengan Idul Adha, anak umur 5 tahun diperkenalkan [konsep ibadah kurban]. Misal, ini sapi kurban, lalu cerita tentang riwayat Nabi Ibrahim, anaknya dua ada Ismail dan Ishak,” katanya.

Anak kiranya baru bisa menyaksikan proses penyembelihan kurban mulai usia 7-11 tahun. Berdasarkan teori Piaget, lanjut Mira, pada usia tersebut anak-anak sudah bisa menerima pemikiran yang konkrit.

Namun dengan catatan, orang tua juga harus ikut mendampingi dan mengajak diskusi anak saat menyaksikan proses penyembelihan.

“Untuk menyaksikan prosesnya, ortu tetap perlu mendampingi dan berdiskusi. Perhatikan jika anak ternyata tidak nyaman dengan proses yang demikian atau cenderung sensitif,” pungkas Mira.

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *