SEMARANG, liputanbangsa.com – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Dr Agus Riyanto, S.IP, M.Si menjelaskan kolaborasi tokoh yang merepresentasikan kalangan nasionalis dengan Islam khususnya NU sebagai mayoritas di Jateng, masih berpeluang besar memenangkan kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2024.
“Kolaborasi nasionalis-Islam khususnya Nahdliyyin masih sangat berpeluang besar memenangkan kontestasi Pilgub. Apalagi Jateng masih kandang banteng, jadi PDIP harus bisa merangkul tokoh dari kalangan Islam, Nahdliyyin, jika ingin menang pemilu,” tegas Agus Riyanto kepada pers, Kamis (23/2/2023), di ruang kerjanya.
Ia mengatakan, saat ini terdapat sedikitnya lima nama tokoh berbasis NU yang berpeluang bakal maju di Pilgub Jateng 2024. Di antaranya adalah Wihaji, mantan Bupati Batang, yang kini menjabat Ketua Harian DPD Partai Golkar Jateng.
Menurutnya, selain menjabat Ketua Harian DPD Partai Golkar Jateng di Golkar, Wihaji juga dikenal tokoh muda NU yang kini memegang jabatan penting sebagai Wasekjen DPP GP Ansor. Sehingga masuk tokoh potensial di Pilgub Jateng.
“Wihaji boleh jadi bakal jadi memiliki peluang yang bagus untuk dipilih. Pertama, selain tokoh muda, dia berpengalaman di birokrasi sebagai bupati. Selain itu, memiliki basis dukungan struktural NU karena menjabat Wasekjen GP Ansor. Dukungan partainya pun kuat karena memiliki kursi empat besar di DPRD Jateng,” jelasnya.
Selain Wihaji, mantan Bupati Batang, nama tokoh berbasis NU yang digadang-gadang bakal mengisi bakal calon wakil gubernur Jateng adalah Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin, yang kini masih menjabat Wakil Gubernur Jateng. Tokoh PPP ini merupakan anak kiai kharismatik NU, mendiang KH Maimoen Zubaer. Kemudian Ketua DPW PKB Jateng KH Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf.
Selain itu, disebut pula nama Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng, KH Muzzammil. Terakhir, ada nama Ketua ISNU Jateng yang kini menjabat Pembantu Rektor Undip Prof Dr Budi Setyono.
“Dari lima nama itu, ada 3 nama pertama yang berpeluang besar dicalonkan, karena berasal dari NU sekaligus tokoh partai politik. Dua nama lainnya, yakni KH Muzzamil dan Prof Budi Setyono, peluangnya agak sulit karena masih harus mencari dukungan partai politik,” ujar Agus.
“Gus Yusuf, meskipun pimpinan partai, namun tampaknya terkendala restu orang tua, karena harus mengurus ponpes yang diwarisi orang tuanya. Ada amanat orang tua yang jadi komitmen pribadi dan dipegang teguh Gus Yusuf, yakni boleh berpolitik tapi jangan meninggalkan ponpes. Itu yang menyebabkan Gus Yusuf selalu menolak dicalonkan dalam beberapa pilkada,” papar Agus.
Sedangkan untuk peluang Gus Yasin, kata Agus, sangat tergantung pada PPP, apakah akan kembali mencalonkan dirinya atau tidak, meskipun Gus Yasin punya popularitas tinggi dan memiliki basis dukungan karena telah berkuasa selama 5 tahun
Namun, kata Agus, siapapun calonnya, semua berpulang pada konstelasi peta politik mendatang antara PDIP dengan partai-partai politik yang menjadi koalisinya pada Pemilu 2024 mendatang.
Nama Walikota Solo yang juga putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, saat ini disebut-sebut berpeluang dicalonkan PDIP sebagai bakal calon gubernur dalam Pilgub Jateng 2024 mendatang.
“Gibran disebut sebut berpeluang dicalonkan di Pilgub Jateng, tapi tak sedikit yang menariknya ke bursa Pilkada DKI. Ada pula nama Hendi mantan Walikota Semarang yang kini menjabat Kepala LKPP, juga berpotensi dicalonkan PDIP. Tapi, prinsipnya, pemenang kontestasi Pilgub mendatang adalah parpol yang mampu mengolaborasi kekuatan tokoh yang merepresentasikan kalangan nasionalis dan Islam (Nahdliyyin),” pungkasnya. (dian/lbi)