Desa Wisata Loram Kulon Kudus Punya Tradisi Ampyang Maulid Hingga Nganten Mubeng

ByRedaksi

23 Mei 2023
Foto: Dokumentasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loram Kulon, Kudus.

Kudus,Ā liputanbangsa.comĀ ā€“ Desa Loram Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus mempunyai beragam tradisi, dua diantaranya ampyang maulid dan nganten mubeng.

Selain tradisi tersebut, ada lagi produk unggulan dan kreatif lainnya, yakni adanya kerajinan khas seperti banyaknya sentra home industry (industri rumahan) tas, bordir komputer, miniature bus, miniature kapal, lencana, serta di bidang kuliner ada pembuatan bandeng presto, sego kinco, sego kepel.

Foto: Dokumentasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loram Kulon, Kudus.

Terkait Festival Budaya Ampyang Maulid,Ā merupakan tradisi yang digelarĀ setiap tahunnya, tepatnya tanggal 12 Rabiul awal. Peserta kirab terdiri dari puluhan perwakilan Masjid dan Mushola dari berbagai dukuh yang ada di Desa Loram, baik Loram kulon maupun Loram Wetan, serta ada juga perwakilan dari Desa sekitar.

Demikian dijelaskanĀ Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loram Kulon, Ahmad Abhar kepada media ini, Senin (22/5/2023).

ā€œAmpyang Maulid menjadi tradisi peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ciri khas Ampyang Maulid ialah kirab yang gunungan nasi kepal berisi lauk dan sayuran yang dibungkus daun jati. Nasi kepal diarak keliling Desa kemudian dibagikan kepada warga di halaman Masjid Jamiā€™ At Taqwa atau dikenal dengan Masjid Wali Loram Kulon,ā€ sambungnya.

Foto: Dokumentasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loram Kulon, Kudus.

Peringatan itu, lanjut Abhar, bertujuan supaya warga muslim bisa introspeksi diri, lebih mencintai dengan meniru akhlak Rasulullah.

ā€œTradisi ampyang Maulid ini dilestarikan sudah sejak abad ke-16 Masehi, Tradisi ini supaya warga bisa introspeksi diri, kemudian supaya berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW,ā€ jelasnya.

Selain itu, kata Abhar, tradisi ini terlaksana dari masa Sultan Hadlirin yang melakukan dakwah di Desa Loram. ā€œMenurut cerita orang tua, dahulu Loram merupakan satu di antara tempat persinggahan kerajaan Majapahit, sehingga masyarakatnya banyak yang memeluk Hindu,ā€ terangnya.

ā€œSultan Hadlirin tempo dulu berdakwah menggunakan strategi Ampyang, yaitu masyarakat membawa makanan beralas tempat berbentuk persegi yang terbuat dari bambu dan dibawa ke masjid,ā€ sambung Abhar.

Lebih lanjut, Makanan ampyang tersebut berisi nasi, lengkap dengan lauk pauk dan dilengkapi dengan ampyang, yakni sejenis makanan kerupuk yang berwarna-warni.

Sebelum ampyang maulid dimulai, lanjut Abhar, bertempat di Komplek Gedung Muslimat NU Desa Loram Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, telah berlangsung Panggung seni dan Loram Expo yang dimeriahkan ratusan stand juga penampilan pentas seni dan hiburan.

Tradisi Nganten Mubeng

Takmir Masjid Masjid At Taqwa, Afroh Amanuddin mengatakan, tradisi Nganten Mubeng biasanya dilakukan oleh segagian besar warga Loram (baik warga Desa Loram kulon dan Desa Loram wetan) dimana adat pernikahan ini masih dilakuakn warga setempat, Selain melestarikan budaya, tradisi Nganten Mubeng ini dilakukan dengan harapan agar kedua mempelai dikaruniai keselamatan.

Menurutnya, tradisi ini sudah dilakukan warga secara turun temurun sejak zaman Sultan Hadlirin, tokoh penyebar Islam di desa setempat,

Usai sepasang pengantin melaksanakan ijab qobul, kemudian diteruskan prosesi adat yaitu Manten Mubeng Gapura Masjid Wali atau Gapura Paduraksa. Dengan dipandu Takmir Masjid Wali At Taqwa, kedua mempelai diberi pengarahan sebelum melakukan prosesi adat tersebut.

Dengan bergandengan tangan, sang suami menuntun istrinya memasuki pintu gapura sebelah selatan yang kemudian berjalan dan keluar melalui pintu sisi utara.

Sebelum keluar, calon pengantin tersebut mengisi buku tamu dan memasukkan uang ke kotak sumbangan yang ada di samping gapura, setelah mengisi buku tamu nganten keluar dari pintu utara dan berdoa di depan gapura.

Usai melakukan prosesi mubeng gapura, pengantin dan keluarganya menyempatkan diri berpose dengan latar belakang gapura masjid yang berarsitektur Jawa kuno tersebut. Tak lupa, keluarga dan pengiring juga ikut pula berfoto bersama

Afroh menambahkan, konon cerita dari sesepuh, Tradisi nganten mubeng guna menarik masyarakat yang mayoritas beragama Hindu, Sultan Hadlirin memusatkan kegiatan sosial keagamaan di masjid yang memiliki gapura dengan arsitektur mirip Pura, tempat peribadatan orang Hindu.

Foto: Dokumentasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loram Kulon, Kudus.

Seiring berkembangnya waktu, masjid At Taqwa menjadi pusat kegiatan Sultan Hadlirin bersama bersama santri-santrinya. Waktu itu, setiap warga yang akan menggelar hajatan baik itu acara syukuran atau pernikahan, selalu meminta berkah dari doanya dari Sultan Hadlirin.

Karena muridnya semakin banyak, maka tidak semua warga bisa bertemu dengan Sultan Hadlirin. Akhirnya, sebagai gantinya Sultan meminta kepada warga untuk mengelilingi gapura di depan masjid.

Afroh juga menyampaikan, seiring perkembangan Masjid Wali ditetapkan sebagai Cagar Budaya, kemudian nama Manten Mubeng Gapura diubah menjadi Kirab Nganten, agar lebih mudah diingat.

ā€Selain warga Loram, warga Kudus dan luar daerah pun boleh melakukan prosesi Kirab Nganten. Sebenarnya, untuk warga Desa Loram sendiri tidak diwajibkan, akan tetapi lebih baik melakukan prosesi kirab nganten ini,ā€ ujarnya.

Tujuan dari kirab nganten, selain untuk melestarikan budaya yang ada di Kudus, tak lain juga untuk mendapatkan berkah.

ā€œKetika memang tidak ingin melakukan tradisi Kirab nganten pun tidak apa, tetapi jangan mengeluarkan kata-kata tidak baik dan menyepelekan tradisi budaya,ā€ katanya.

ā€œSementara nilai-nilai pendidikan Islam juga bisa di ambil di sini, diantaranya Supaya tidak ada fitnah, mendapatkan restu serta doa dari masyarakat agar rumah tangga mempelai dapat langgeng bisa sakinah, mawaddah dan warohmah, lalu mengajarkan amal jariyah (Saat memasukkan uang ke dalam kas masjid), mendorong masyarakat untuk membentuk keterikatan dengan masjid sebagai tempat beribadah,ā€ pungkasnya. (oke/lbi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *