Fenomena Langka Dusun Wotawati Yogyakarta, Matahari Terbit Jam 8 dan Malam Lebih Cepat – Liputan Online Indonesia

YOGYAKARTA, liputanbangsa.comSalah satu dusun di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki fenomena yang langka.

Pasalnya, di dusun tersebut, Matahari terbit lebih siang dan terbenam lebih sore. Kok bisa?

Dusun yang dimaksud adalah Wotawati, yang berada Kelurahan Pucung, Kapanewon Girisubo.

Dusun Wotawati berjarak sekitar 74 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta.

 

Matahari Terbit Pukul 8 Pagi-Terbenam Pukul 5 Sore

Biasanya di wilayah dengan WIB, Matahari sudah mulai terbit pukul 5 pagi, maka di Dusun Wotawati 3 jam lebih siang.

Sebab, di dusun ini, Matahari baru mulai terbit pukul 8 pagi.

“Untuk pagi hari, sinar matahari di sini agak terlambat, ibaratnya di lain dusun pukul 06.30 WIB atau pukul 07.00 pagi sudah kena sinar matahari. Nah, kalau di sini belum, baru kena sinar matahari sekitar jam 08.00, 08.30 pagi. Itu kalau tidak mendung,” kata Dukuh Wotawati, Robby Sugihastanto (27), Minggu (26/11/2023).

Selain terbit lebih siang, saat di sore hari, Matahari juga tenggelam dari Dusun Wotawati lebih cepat. Sebab, sekitar pukul 17.00 WIB, suasana di Wotawati sudah gelap.

“Kalau sore, sekitar jam 16.30, sudah mulai gelap. Karena terhalang oleh gunung-gunung di samping dusun,” ungkapnya.

 

Kenapa Matahari di Dusun Wotawati Terbit Lebih Siang & Tenggelam Lebih Cepat?

Fenomena unik Dusun Wotawati ini, ternyata dipengaruhi oleh letak dusun yang berada di lembah dan dikelilingi oleh perbukitan tinggi.

Jadi, bisa dikatakan bahwa dusun ini posisinya terisolasi saat fajar, dan membuat Matahari menyinarinya lebih siang dari tempat lain.

Hal ini juga yang menyebabkan Matahari lebih cepat tenggelam di Wotawati karena pukul 16:30 WIB sudah mulai tertutupi oleh perbukitan di sekitar dusun.

 

Bekas Aliran Bengawan Solo Purba

Menurut penuturan Robby, lembah yang ditempati dusun Wotawati merupakan aliran sungai Bengawan Solo purba.

Hal ini yang membuat Wotawati seperti berada di lokasi bekas sungai dengan diapit dataran tinggi.

“Dulunya di sini sebagai aliran sungai Bengawan Solo purba. Jadi ya ibaratnya kalau dipikir (seperti) tidak percaya, kok ada dusun di sebuah lembah Bengawan Solo purba yang diapit gunung-gunung,” ungkapnya.

“Apalagi ini sebelah selatannya laut, sebelah timur dan utara sudah berbatasan dengan Wonogiri. Karena itu bisa dibilang Wotawati ini dusun yang terpencil, jauh dari yang lainnya,” imbuh Robby.

Meski memiliki fenomena yang sangat unik, dusun yang terdiri 4 RT dan dihuni 82 kepala keluarga (KK) ini, ternyata memiliki berbagai persoalan.

Beberapa di antaranya adalah ketersediaan air bersih, karena keberadaan PDAM belum bisa maksimal.

Warga Wotawati selama ini hanya mengandalkan air tadah hujan dan membeli air bersih.

Selain itu, sinyal internet, telepon, dan televisi, juga masih susah. Hal ini karena wilayahnya yang berada di bawah perbukitan-perbukitan tinggi.

Sebagai Dukuh Wotawati, Robby berharap agar pemerintah menambah akses keluar masuk Dusun Wotawati. Sebab, saat ini Dusun Wotawati hanya memiliki satu jalan utama.

“Akses jalan keluar Dusun hanya satu dan itu baru dicor-blok tahun 1989 secara bertahap. Oleh sebab itu kami sangat berharap akses jalan di pedukuhan ini ditambah, khususnya yang arah ke telaga Suling itu,” tuturnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *