Ganjar Pilih Menginap di Rumah Guru Honorer saat Kampanye di Tegal – Liputan Online Indonesia

TEGAL, liputanbangsa.comCapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, memilih menginap di salah satu rumah warga di Kelurahan Slerok, Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, pada hari ke-44 masa kampanye.

Ganjar ingin merasakan dan mendengar langsung keluhan warga.

“Sebenarnya yang ingin kita dapatkan itu ketika nginep di rumah warga itu, kita bisa ngobrol kayak tadi, menikmati kegembiraan. Nggih, bu nggih. Minimal merasakan. Biasanya kadang-kadang menyampaikan aspirasinya, keluh kesah itu langsung,” kata Ganjar di Tegal, Rabu (10/1/2024) malam.

Ganjar menginap di rumah Waidah yakni guru honorer SMPN 5 Tegal dan ibu dari Fikri Haecal yang merupakan alumni SMKN Jateng angkatan 2017.

Ganjar mengaku juga menginap di rumah warga saat melakukan safari politik di Solo.

“Ini kali kedua, setelah waktu itu di Solo, saya nginap di rumah alumni SMK Jateng. Dan SMK Jateng itu memang, mohon maaf ya bu ya, dari keluarga yang kurang mampu,” ujarnya.

Dia merasa senang alumni SMKN Jateng langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah.

Dia juga senang lantaran mereka berhasil membangunkan rumah untuk orang tuanya.

“Ya Alhamdulillah ceritanya rata-rata linier. Begitu kerja, dia bangunkan rumah untuk orang tuanya. Ternyata sama di sini, di sana (Solo) juga sama,” ucap Ganjar.

Ganjar mengatakan keberhasilan alumni SMKN Jateng dalam membangun rumah untuk orang tuanya merupakan hasil dari investasi pendidikan. Menurutnya, investasi pendidikan dapat merubah nasib satu keluarga.

“Nah, dari situ kita bisa melihat bahwa, oh dari keluarga miskin itu kalau kemudian kita investasi pendidikan, nasibnya bisa berubah. Nah, pertanyaannya pasti kan pendidikan seperti apa? Waktu ide saya vokasi SMK itu, karena sekolahnya 3 tahun. Dari 3 tahun ini kita coba hubungkan dengan perusahaan-perusahaan, sehingga dia bisa praktik, bisa ikut magang, dan barangkali direkrut di sana,” jelasnya.

Ganjar menyebut menginap di rumah warga membuatnya mampu merasakan keluhan dan kondisi masyarakat secara nyata.

Dia menuturkan pengalaman langsung bersama warga itu menjadi acuannya saat membuat kebijakan.

“Kita bisa mendengarkan suara masyarakat, tapi pada sisi lain kita bisa merasakan. Kalau mau tidur di rumah rakyat dan mendengarkan, ya rasakan di sini. Maka dia akan tahu kondisinya, dia akan tahu ceritanya, dari hati ke hati kesehariannya begitu,” kata Ganjar.

“Maka kita kadang-kadang nggak perlu mendengarkan suaranya, silakan dirasakan saja. Itulah sebenarnya cara kita melihat, membaca untuk kemudian kita adopsi menjadi sebuah kebijakan,” lanjutnya.

Dia menekankan pentingnya investasi pendidikan. Dia mencontohkan seorang mahasiswa bernama Angga yang mampu membantu biaya kuliah adiknya lantaran tak putus sekolah.

“Kayak kemarin saya ketemu Angga. Anak Jakarta, digusur rumahnya, pindah ke Karanganyar, terus kemudian orang tuanya kerja seadanya, sekolah di Boyolali, bisa ke terima dapat beasiswa di ITB, dapet di Inggris. Ketika dia balik, bantu adiknya kuliah, keluarganya dan sebagainya. Lagi-lagi pendidikan investasi. Ini kalau bisa naik kelas dari yang pola SMK bisa ke sarjana, pasti kan harapan kami, harapan saya dia pasti akan jauh lebih baik lagi gitu,” ucapnya.

Dia mengaku ingin menginap di rumah warga pada setiap kunjungannya ke daerah. Dia merasa senang dapat tertawa bersama rakyat saat menginap langsung di rumah warga tersebut.

“Makanya kalau kesempatannya agak lama, saya juga pasti di antara sekian hari coba dong cariin kita bisa menginap, rencananya kan kemarin saya langsung ke sini tapi karena tadi ulang tahun partai maka harus balik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ganjar juga teringat momen dirinya mewisuda lulusan SMKN Jateng. Dia mengatakan sejumlah anak diwakilkan oleh orang tuanya lantaran tak bisa pulang karena sudah bekerja.

“Jadi ketika kemudian yang lain dari panitia ngomong, ‘jangan Pak’, gubernurnya ‘boleh-boleh sini-sini’ lalu saya tanyakan, ‘ibu siapa?’, ‘Saya ibunya. Anaknya sekarang nggak bisa cuti karena sudah kerja. Maka saya mewakili pak’ mengharukan,” kata Ganjar.

“Saya pernah mengalami itu. Waktu mau wisuda di UGM itu saya nggak punya duit, saya satu-satunya mahasiswa calon wisudawan yang menawar, kalau nggak saya nggak ikut wisuda ini. Ini pengalaman ini. Sungguh-sungguh terjadi,” imbuhnya.

Sementara itu, Waidah mengaku senang Ganjar menginap di rumahnya. Sebagai informasi, Ganjar juga sempat melakukan video call dengan anak Waidah, Fikri Haecal.

“Saya nggak bisa ngomong lagi, kalau ditanya rasanya saya nggak bisa ngomong rasa apa, campur-campur. Dan mimpi juga terpenuhi,” kata Waidah.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *