Gunung Padang Semakin Tenar, Pengelola Ungkap Ada Kekhawatiran – Liputan Online Indonesia

CIANJUR, liputanbangsa.comGunung Padang semakin populer di kalangan wisatawan belakangan ini.

Di saat bersamaan, ada ancaman yang harus dihadapi karena kunjungan turis dalam jumlah banyak.

Ditemukan sekitar 1891 oleh geolog berkebangsaan Belanda, RDM Verbeek, hingga kini Gunung Padang mengundang banyak perhatian baik dari peneliti, akademisi, hingga para wisatawan.

Banyak wisatawan berkunjung demi menyaksikan situs bersejarah yang menurut sebagian peneliti berumur lebih tua dari Piramida Giza di Mesir.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Gunung Padang berdampak positif dan negatif.

Dampak positif tersebut adalah terkelolanya situs ini dengan baik oleh warga lokal. Mereka mendapatkan pemasukan selain bertani.

Dampak negatifnya yang ikut muncul adalah ancaman rusaknya situs dari banyaknya pengunjung yang datang.

Menurut Peneliti Ahli Utama Bidang Arkeologi BRIN, Dr. Lutfi Yondri, mass tourism dapat mengancam keberlanjutan dari situs Gunung Padang.

Dia menyarankan pengelola dan pemerintah mengatur jumlah kunjungan. Dia berpendapat wisatawan minat khusus lebih cocok diterapkan di sini.

“Kalau kekinian yang penting dilakukan di Gunung Padang itu masih berlanjut dan kami sedang mengerjakan penelitian itu. Bagaimana perjalanan ke Gunung Padang itu harus diatur karena kita tahu bahwa sekarang mengarah karena banyaknya minat masyarakat ke Gunung Padang, kita mengkhawatirkan jangan berkembang menjadi mass tourism. Jadi wisata minat khusus lah yang harus dikembangkan di situ,” ujarnya saat diwawancarai di Bandung, Minggu (29/10/2023).

Di sisi lain, walaupun Gunung Padang disusun menggunakan pengetahuan yang terbilang maju di masa lampau, tetapi umur situs ini sudah begitu tua, sehingga penting untuk mengantisipasi kerentanannya. Faktanya, gunung itu beberapa kali longsor.

“Bagaimana kunjungan-kunjungan itu harus diatur. Karena dari hasil penelitian, kita bisa melihat punden berundak Gunung Padang itu disusun dengan cara yang sangat sederhana, tanpa penguatan, susunan batu itu didirikan tanpa penguatan. Dinding-dindingnya juga disusun sedemikian rupa dengan kemampuan yang sangat bagus pada saat itu. Sehingga bisa mengantisipasi terhadap longsoran,” kata dia.

“Walaupun sudah bagus, saat itu kan dengan perjalanan panjangnya kita bisa melihat di situ Gunung Padang itu sebetulnya sudah banyak juga yang rusak dan longsor, segala macam,” ujar Luthfi.

Lutfi juga telah melihat adanya penurunan permukaan gunung akibat dari banyaknya kunjungan wisatawan.

Bahkan, ketika hujan, Ia menyebut tanah di Gunung Padang sudah tak lagi mampu meresap air secara optimal lantaran telah menjadi terlalu padat akibat terinjak-injak.

Lutfi menyebut ini beresiko menimbulkan erosi.

“Makanya kita bisa lihat beberapa bagian struktur Gunung Padang itu ada yang sudah lereng karena terkikis kemudian ada yang menembus kemudian merusak struktur sehingga bisa kita lihat di dindingnya retak itu. Makanya perjalanan ke Gunung Padang yang tadinya mencapai ribuan dalam seminggu itu juga harus diatur, sedemikian rupa,” ujar dia.

Seiring dengan itu, Polisi Khusus Gunung Padang Nanang Sukmana juga mengakui bahwa banyaknya wisatawan turut mempengaruhi kontur atau rupa dari Gunung Padang.

“Mungkin kalau aturannya sudah ditegakkan nanti, ibaratnya orang nginjak ini haram, saking (ketat) aturannya. Bahkan ini ibarat kalau di sini kan harus nol pengunjung ke sini karena rawan rusak. Ada pun mungkin nanti melihat dari samping seperti itu, jangan sampai seperti orang berbondong-bondong ke sini. Itu kajian secara aturan-aturan cagar budaya. Ini kan situs cagar budaya dan benda cagar budaya,” kata Nanang saat ditemui di lokasi, Sabtu (28/10).

“Saya katakan tadi, sudah jelas batu miring duduk, sudah jelas batu ini berkeramat atau disakralkan, mereka naik pakai sepatu lagi ke tempat-tempat yang khusus, seperti itu yang terjadi saat ini,” kata dia lagi.

Untuk mengurangi jumlah wisatawan yang terlalu padat ke Gunung Padang, dibuat pula sebuah spot wisata baru yang bernama Megalitikum Gunung Padang.

Lokasinya berdekatan dengan situs Gunung Padang, namun hingga kini belum rampung pembangunan.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *