Imlek Termasuk Perayaan Keagamaan atau Kebudayaan? Bolehkan Tionghoa Muslim Ikut Merayakannya?- Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com –  Imlek atau tahun baru Cina adalah sebuah tradisi yang selalu dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia khusunya di Tiongkok.

Umumnya, Imlek dirayakan oleh umat Tionghoa non-Muslim, Namun, apakah Tionghoa Muslim juga bisa merayakannya?

Kita harus tahu dulu keragaman dalam Islam dan esensi dari Imlek Itu sendiri.

Dilansir dari muslim.sg, Islam adalah agama yang merayakan beragam tradisi dan praktik budaya. Tidak ada hegemoni budaya dalam Islam.

Pesan universal Islam menunjukkan bahwa umat Islam dari latar belakang budaya dan etnis yang berbeda dapat terus menjalankan tradisi mereka dan menyelaraskannya dengan keyakinan dan praktik Islam.

Selama periode awal munculnya agama Islam, umat Islam dari berbagai wilayah budaya dan geografis menganut agama baru ini sambil tetap mempertahankan identitas budaya mereka yang kuat.

 

Mereka tidak di-Arab-kan hanya karena mereka menjadi Muslim. Misalnya, Sahabat Salman al-Farisi yang merupakan seorang Persia, tetap mempertahankan nama Persianya dan bahkan memperkenalkan beberapa praktik Persia kepada umat Islam Arab saat itu.

Saat ini, Islam terus dianut oleh miliaran umat Islam di seluruh dunia. Faktanya, mayoritas umat Islam tidak tinggal di Timur Tengah.

Negara mayoritas Muslim terbesar adalah Indonesia. Ada Juga jutaan Muslim yang tinggal di Tiongkok, dengan masjid-masjid yang dibangun dengan arsitektur khas negara tirai bambu tersebut.

Di Singapura, meski mayoritas umat Islam di sini beragama Melayu, namun ada etnis lain seperti India dan Tionghoa yang juga menganut agama Islam.

Banyak dari Muslim Tionghoa di Singapura adalah biracial, seperti Sakinah Rafiq Tan Hui Ling, dan mereka merayakan Hari Raya dan Tahun Baru Imlek.

Bagi komunitas Tionghoa, merayakan Tahun Baru Imlek merupakan bagian integral dari warisan budaya Tionghoa.

Perayaan ini dirayakan pada malam Tahun Baru Imlek dengan mengadakan makan malam reuni, di mana keluarga bertemu untuk menghidupkan kembali ikatan dan menikmati kebersamaan satu sama lain.

Dilanjutkan dengan kunjungan keesokan harinya untuk mempererat keluarga dan tali silaturahmi satu sama lain.

Menjadi seorang Muslim bukan berarti harus meninggalkan warisan budayanya. Bagi seorang Muslim Tionghoa, perayaan Tahun Baru Imlek merupakan momen penting yang mengekspresikan identitas etnis mereka.

Terlebih lagi, saat ini Tahun Baru Imlek merupakan perayaan budaya dan pada dasarnya bukan festival berbasis ritual keagamaan.

Lalu, bolehkah umat Islam merayakan Tahun Baru Imlek? Jawaban singkatnya adalah ya.

Bagaimanapun, Islam bukanlah agama yang terbatas pada satu entitas budaya saja. Ini adalah keyakinan yang relevan bagi seluruh umat manusia lintas waktu, tempat, dan etnis.

Bukanlah tujuan Islam untuk menghilangkan praktik-praktik budaya, melainkan mengidentifikasi dan meniadakan praktik-praktik budaya yang tidak diperbolehkan atau tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti praktik ritual keagamaan non-Islam.

Faktanya, Nabi s.a.w. tidak menghilangkan semua praktik pra-Islam. Misalnya, praktik Hilf Al-Fudhul atau Aliansi Kebajikan pra-Islam yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi s.a.w.

Rasulullah bahkan berharap dapat mendukung pakta serupa lainnya setelah masuknya Islam. Rasulullah s.a.w menegaskan hal ini dalam sebuah hadits:

لَقَدْ شَهِدْتُ فِي دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُدْعَانَ حِلْفًا مَا أُحِبُّ أَنَّ لِيَ بِهِ حُمْرَ النَّعَمِ وَلَوْ أُدْعَى بِهِ فِي الإِسْلامِ لأَجَبْ“Saya menyaksikan perjanjian keadilan di rumah Abdullah bin Jud’an yang lebih saya cintai daripada sekawanan unta merah yang mahal.

Bila saya dipanggil pada masa Islam sekarang, saya akan menjawabnya.” (Sunan Al-Kubra oleh Imam Al-Bayhaqi)

Praktik ini memberikan manfaat bagi masyarakat karena menegaskan etos keadilan sosial. Dalam Kitab Fathul Bari yang menafsirkan kitab Hadist Sahih Bukhari, disebutkan bahwa Hilf al Fudul “itu adalah perjanjian yang adil seperti Hilf al-Fudul, di mana mereka sepakat untuk tidak mendukung penindas atas mereka yang tertindas di Makkah.”

Tahun Baru Imlek menandai peristiwa istimewa yang dirayakan dengan makna budaya yang kaya.

Faktanya, perayaan ini tidak hanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa saja, acara dan perayaan ini mungkin juga melibatkan anggota komunitas lain.

Misalnya, kita mungkin menerima undangan di tempat kerja atau dari tetangga kita untuk menghadiri acara Tahun Baru Imlek.

Sebagai tetangga yang baik, kita mungkin juga ingin memberikan hadiah Tahun Baru Imlek kepada tetangga kita di Tiongkok, sama seperti mereka memberi kita hadiah Hari Raya.

Kantor Mufti, Muis memberikan panduan mengenai masalah ini melalui seri Irsyad Kontemporer mereka.

Menurut Kantor Mufti, meskipun seorang Muslim diundang ke suatu acara yang mengandung unsur keagamaan, dia tetap dapat hadir untuk mengamati acara tersebut dan menunjukkan rasa hormatnya, tanpa ikut serta dalam kegiatan ritual tersebut.

Bertukar jeruk, membuang yusheng, mengunjungi orang yang lebih tua, dan membagikan ang bao bukanlah ritual keagamaan tetapi merupakan salah satu praktik budaya yang dilakukan dalam merayakan Tahun Baru Imlek.

Praktik-praktik ini harus dilihat sebagai bagian dari interaksi dan hubungan antarmanusia yang positif.

Dalam artikel yang dimuat di Media Singapura (Berita Harian), Ustadz Irwan Hadi menjelaskan bahwa yusheng merupakan sajian budaya yang tidak memiliki implikasi teologis terhadap keyakinan seseorang.

Oleh karena itu, umat Islam boleh saja mengikuti kegiatan budaya ini, apalagi saat ini ada yusheng halal yang ditawarkan.

Ustaz Irwan menulis, hal tersebut merupakan ekspresi budaya simbolis dalam menyambut tahun depan yang sejahtera.

Ia juga mengutip pandangan mantan Mufti Federal Malaysia yang menyatakan diperbolehkannya umat Islam menjadi bagian dari kegiatan budaya ini.

Kesimpulannya, perlu adanya pemahaman dan pembedaan yang jelas antara apa yang dimaksud dengan ritual keagamaan dan perayaan budaya.

Semoga Allah s.w.t. terus mencurahkan berkah kedamaian dan kesejahteraan dalam masyarakat kita dan membimbing kita menuju apa yang diridhainya dan memberi kita rahmatnya dan sungguh Allah mengetahui yang terbaik.

Selamat Tahun Baru Imlek dan Gong Xi Fa Cai!

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *