James Cameron Sudah Peringatkan Bahaya AI Sejak 1984 – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Penggunaan AI jadi salah satu yang disoroti aktor dalam aksi mogok massal.

James Cameron membeberkan pandangannya soal bahaya penggunaan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan yang berlebihan dalam produksi film Hollywood.

Dalam wawancara bersama CTV News, sutradara asal Kanada itu mengaku sudah memperingatkan bahaya AI sejak menggarap Terminator pada 1984.

“Saya sudah memperingatkan kalian pada 1984, dan kalian tidak mendengarkan,” kata Cameron seperti diberitakan CTV News, Rabu (19/7).

The Terminator merupakan film arahan James Cameron yang naskahnya ia tulis bersama Gale Anne Hurd.

Film itu mengisahkan pembunuh siborg (Arnold Schwarzenegger) yang dikirim ke masa lalu, dari 2029 ke 1984, untuk membunuh Sarah Connor (Linda Hamilton) yang putra dalam kandungannya diyakini bisa menyelamatkan manusia dari kepunahan.

Pemusnahan manusia direncanakan Skynet, sistem kecerdasan buatan revolusioner yang dibangun oleh Sistem Cyberdyne untuk SAC-NORAD.

Pandangan Cameron soal penggunaan AI secara intensif itu merujuk kepada salah satu protes utama yang digaungkan oleh asosiasi aktor Hollywood Screen Actors-American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) dalam aksi mogok.

Asosiasi aktor menilai studio Hollywood kerap menggunakan kecerdasan buatan, seperti CGI dan deepfake. Sehingga, hal itu melibatkan peran aktor dalam film tanpa persetujuan sebelumnya.

Cameron pun menyatakan keprihatinannya terhadap hal tersebut dan menilai dampak negatif dari kecerdasan buatan juga berlaku dalam ranah lain.

“Saya benar-benar prihatin. Menurut saya penggunaan AI sebagai sebuah senjata adalah bahaya terbesar,” kata Cameron.

“Coba bayangkan kecerdasan buatan dalam sebuah medan perang, seluruh pertempuran hanya berlangsung oleh komputer dengan kecepatan yang tidak bisa lagi diintervensi manusia, dan kalian tidak memiliki kemampuan meredam situasi itu,” sambungnya.

Machine learning reaction and ai artificial intelligence.Chat bot software network.big data and block chain system.Neuralink with smart brain.generative art

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu poin perdebatan yang diperjuangkan dalam aksi mogok penulis dan aktor yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.

Sebanyak 160.000 aktor dan profesional media lainnya bergabung dengan asosiasi penulis Writers Guild of America (WGA) untuk menuntut regulasi yang tepat atas hal itu.

Menurut laporan CTV News, serikat berpendapat para aktor membutuhkan perlindungan terhadap penggunaan teknologi AI yang menggunakan citra dan karya seni mereka tanpa izin, dan para penulis berpendapat studio-studio tidak boleh menggantikan mereka dengan AI untuk menulis skenario.

Cameron pun mengaku tak percaya jika teknologi AI saat ini mampu menggantikan sisi humanis dari para penulis, terutama untuk membuat sebuah naskah yang optimal.

“Saya pribadi tidak percaya pada pikiran tanpa tubuh yang hanya mengulangi apa yang telah diucapkan pikiran-pikiran lain tentang kehidupan yang mereka jalani, tentang cinta, tentang kebohongan, tentang ketakutan, tentang kematian – lalu menggabungkannya menjadi satu kata dan mengulanginya lagi,”

“Saya tidak percaya bahwa itu akan mampu menggerakkan penonton,” ucapnya.

Sampai saat ini, Cameron mengaku sama sekali tidak tertarik dengan bantuan AI untuk menulis skenarionya kecuali jika AI bisa berbicara banyak dalam industri perfilman.

“Mari lah kita tunggu 20 tahun lagi, dan jika suatu saat AI memenangkan Oscar untuk kategori Best Scenario, saya pikir kita harus menganggap mereka serius,” katanya mengenai penggunakan AI dalam pembuatan skenario filmnya.

 

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *