Menilik Jejak Penyebaran Islam di Ungaran Semarang – Liputan Online Indonesia

jejakMenilik Jejak Penyebaran Islam di Ungaran Semarang. Foto: dok.kompas.com

liputanbangsa.com – Jejak penyebaran agama islam di wilayah Indonesia menjadi bukti tentang bagaiamana ulama maupun tokoh agama zaman dahulu menyebarkan agama islam. Jejak penyebaran agama islam sendiri seringkali berbentuk dengan bangunan keagaman seperti masjid, petilasan, bahkan buku maupun kitab.

Salah satu daerah yang memiliki jejak penyebaran islam yaitu di Semarang tepatnya di wilayah Desa Nyatnyono, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Disana diyakini menjadi satu di antara saksi jejak penyebaran Islam di Jawa Tengah.

Terdapat tokoh agama bernama Syekh Hasan Munadi, yang menurut warga setempat, merupakan tokoh pendakwah yang konon hidup sezaman dengan Raden Fatah dan Sunan Kalijaga pada masa Kesultanan Bintoro Demak.

Syekh Hasan Munadi merupakan seorang pendakwah yang datang dari Kerajaan Mataram pada sekitar tahun 1.400 Masehi untuk menyebarkan agama islam di Ungaran Barat tepatnya.

Jejak penyebaran Islam oleh Syekh Hasan Munadi, berada di Desa Nyatnyono berupa makam, masjid, dan sendang Nyatnyono.

Makam Syekh Hasan Munadi 

jejak
Makam Syekh Hasan Munadi. Foto:dok.petilasanmakamkeramat.blogspot.com

Makam Syekh Hasan Munadi berada di Desa tepatnya di kawasan dataran tinggi serta terletak di dalam bangunan yang memilik cungkup terbuat dari kayu jati.

Selain itu, tak jauh dari makan Syekh Hasan Munadi juga terdapat makam anaknya yaitu Kyai Hasan Dipuro yang semasa hidupnya juga mensyiarkan agama Islam mengikuti jejak sang ayah.

Kedua makam tersebut, hingga sampai kini masih menjadi destinasi wisata religi dan sering dipadati oleh peziarah pada momen-momen tertentu, misalnya malam Jumat atau selikuran pada 21 Ramadan.

Masjid Subulussalam 

jejak
Masjid Subulussalam Peninggalam Syekh Hasan Munadi. Foto: dok.jateng.tribunnews.com

Selain melakukan syiar agama Islam di kawasan Ungaran dan sekitarnya, Syekh Hasan Munadi juga membangun masjid yang bernama Masjid Subulussalam.

Masjid Subulussalam mengalami beberapa kali pemugaran sejak 1985 hingga tampilannya kini nampak modern. Namun di dalam masjid tersebut, masih terdapat bagian-bagian yang asli seperti empat pilar (saka) cungkup berbahan kayu dan berbalut ukiran bernuansa Majapahit.

Konon, saka tersebut berasal dari Demak dan diambil dari bahan-bahan yang dipersiapkan Walisongo untuk pembangunan Masjid Agung Demak.

Pada waktu itu, Syekh Hasan Munadi yang sudah memutuskan menetap di kaki gunung Ungaran menyanggupi permintaan Sunan Kalijaga untuk membantu pembangunan Masjid Agung Demak.

Kemudian, Hasan Munadi meminta syarat bahwa satu di antara saka yang hendak dibuat untuk Masjid Agung Demak dikirim ke Ungaran.

Sebab, Hasan Munadi saat itu tengah membangun sebuah masjid untuk tempat pembelajaran agama Islam bagi masyarakat di kaki Gunung Ungaran.

Permintaan tersebut disanggupi Sunan Kalijaga dan para prajurit Kesultanan Demak Bintoro kala itu langsung dikirim ke kaki Gunung Ungaran.

Sendang Nyatnyono

jejak
Sendang Nyatnyono atau sering juga disebut dengan sendang Kalimah Tayyibah. Foto: dok.awal.id

Sendang Nyatnyono tersebut juga berjuluk Sendang Kalimah Tayyibah. Di sendang tersebut, terdapat mata air di mana airnya dipercaya berkhasiat khusus dan memiliki karomah dan berkah.

Karena airnya yang dipercaya memberikan banyak manfaat, Sendang Nyatnyono ramai dikunjungi warga untuk bersih diri atau padusan seperti menjelang Ramadhan.

Kegiatan padusan itu, sudah rutin dilakukan baik warga lokal maupun luar Kabupaten Semarang setiap tahunnya, menjelang masuknya bulan puasa.

Terdapat syarat ketika ingin mengunjungi Sendang Nyatnyono seperti, warga yang mandi di sana tidak diperbolehkan mengambil air langsung di sendang.

Di lokasi sendang sudah dibangun tempat khusus mandi dengan air dari sendang yang mengalir dan keluar melalui kran-kran.

Selain itu, ketika melakukan bersih diri atau padusan, para pengunjung harus mengenakan sarung dan dilarang telanjang.

Dan itulah ketiga jejak penyebaran agama islam di Jawa tengah Khususnya di Ungaran Barat, Semarang.

(heru/lbi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *