Masa Depan Kecerdasan Buatan : Pandangan Ahli dan Tantangan dalam Pelayanan Kehumasan – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.comPerkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Saat ini, AI menjadi topik hangat sebagai bahan pembicaraan di semua kalangan.

Menanggapi hal ini, DPRD Provinsi Jawa Tengah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder dengan tema “Pemanfaatan Teknologi AI untuk Peningkatan Kinerja Kehumasan”.

Dalam pemaparan eksklusif dua narasumber ahli, Junta Zeniarja, dosen Teknik Informatika di FIK UDINUS Semarang, dan Muhammad Ashim A (Ashimadzorif), praktisi dan konsultan di Indonesia Selalu Kreatif, LiputanBangsa.com mendapatkan pandangan unik mengenai tren AI, peran dalam pelayanan kehumasan, dan tantangan etika yang dihadapi.

 

Tren Kecerdasan Buatan : Menjadi Solusi, Bukan Pengganti

Menurut Junta Zeniarja, tren utama saat ini adalah penggunaan AI untuk meningkatkan potensi teknologi.

Banyak perusahaan besar memanfaatkan AI dalam berbagai bidang, seperti customer service dan operasional untuk menghemat tenaga dan memberikan layanan 24 jam.

Junta menekankan bahwa AI seharusnya bukan pengganti manusia, melainkan alat bantu yang membantu menyelesaikan masalah.

“Peran AI seharusnya dapat menjadi alat mempermudah aktivitas kita sehari-hari, bukan sebagai pengganti peran manusia. Maka dari itu, jangan takut AI, justru kita yang mengendalikan AI bukan sebaliknya,” ujarnya pada Rabu, (15/11/2023).

 

Peran AI dalam Pelayanan Kehumasan

 

Dalam konteks pelayanan kehumasan, Ashim A menggarisbawahi peran penting AI mulai dari menjadi meeting assistant, melakukan analisis sentimen untuk keperluan pemilu, hingga personalisasi komunikasi.

AI telah membawa inovasi signifikan.

Layanan seperti MOZ/answerthepublic juga digunakan untuk menganalisis konten yang sedang tren.

Pengoptimalan konten, pengeditan otomatis, dan analisis data audiens adalah beberapa manfaat lain dari implementasi AI.

Namun, tidak lepas dari tantangan dan keamanan data privasi, Junta Zeniarja menegaskan perlunya pengelolaan data dengan hati-hati, mengingat AI yang terhubung dengan media sosial dapat menjadi risiko terhadap informasi pribadi.

“Tantangan lainnya melibatkan keterbatasan teknologi, di mana tidak semua AI dapat menyesuaikan budaya sosial tertentu, dan risiko ketergantungan terhadap teknologi yang dapat menghilangkan sentuhan personal dalam hubungan emosional,” imbuhnya.

 

Transformasi Media dan Peran Chatbot dalam Kehumasan

Pandangan dari Muhammad Ashim A memberikan gambaran tentang perubahan besar dalam industri media.

Transformasi dari media tradisional ke digital membuka pintu bagi interaksi dua arah, seperti komentar yang dapat dianalisis dengan bantuan AI.

Namun, Ashim A juga memperingatkan tentang potensi munculnya hoaks akibat kekuatan yang dimiliki setiap individu untuk menyebarkan peristiwa, baik maupun buruk.

 

Tantangan Etika dan Peran Kritis dalam Pemanfaatan AI

Terkait dengan tantangan etika, Ashim A menyoroti bias algoritma, risiko bias dalam pemilihan berita, dan ketidakjelasan aspek etika sebagai hal-hal yang harus diatasi.

Dia menekankan perlunya pemikiran kritis terhadap penggunaan AI dalam Jurnalisme, mengingat potensi overloading informasi.

“Seiring dengan perkembangan AI, mempertahankan keseimbangan antara inovasi teknologi dan kesadaran etika menjadi esensial. Keduanya setuju bahwa penggunaan AI juga dapat digunakan untuk mengklarifikasi berita, memastikan kebenaran informasi yang disajikan kepada masyarakat,” ungkapnya.

Dengan pandangan yang mendalam dari kedua ahli, terlihat masa depan pelayanan kehumasan DPRD Jawa Tengah akan terus diwarnai integrasi AI yang cerdas disertai menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai etika yang mendasar.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *