Menara Syahbandar akan Jadi Ikon Heritage Baru Kota Semarang – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.comWali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) bersama PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina meresmikan pemugaran cagar budaya Menara Syahbandar di Jalan Sleko Semarang, Kamis, (26/10/2023)

Menara Syahbandar yang dibangun pada tahun 1850 ini diharapkan menjadi ikon heritage baru di Kota Semarang.

Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko menuturkan, Menara Syahbandar memiliki potensi besar menjadi salah satu ikon wisata sejarah Semarang.

Menara Syahbandar ini dapat menjadi destinasi masyarakat maupun wisatawan yang hendak melakukan perjalanan wisata heritage di kawasan Kota Lama Semarang.

“Pemugaran Menara Syahbandar ini sebagai wujud kepedulian PGN terhadap perlindungan dan pemeliharaan aset di wilayah operasi setempat dan juga kepedulian sosial terhadap masyarakat setempat,” tutur Arief.

Dikatakannya, PGN memulai pemugaran sejak Desember 2022 dan dilaksanakan selama kurang lebih 10 bulan bekerjasama dengan berbagai pihak mulai dari pihak jajaran pemerintah daerah dan stakeholders lainnya.

Pemugaran Menara Syahbandar ini juga mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 dan Perda Kota Semarang Nomor 2 tahun 2020 sebagai bentuk konservasi cagar budaya.

Bangunan ini dibuat pada tahun 1850 dan telah berusia ± 171 tahun dengan luas sekitar 538 m². Adapun, biaya pemugaran menghabiskan dana sebesar Rp 8 miliar.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu antusias menyambut revitalisasi ini.

Bangunan ini memiliki arti penting dalam sejarah perkembangan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan maritim nusantara dan perkembangan sektor pelabuhan dagang beserta sistem pengawasan arus barang.

Dengan revitalisasi Menara Syahbandar nantinya dapat terhubung dengan Kampung Melayu, sehingga bisa menata kembali kawasan Kota Lama serta meningkatkan jumlah wisatawan ke Semarang.

”Peran PGN dalam revitalisasi Menara Syahbandar ini menjadi penyemangat untuk semakin mempercantik dan menata kawasan Kota Lama Semarang. Wilayah disekitar sini bisa memungkinkan menjadi pusat kuliner atau parkir, karena selama kami kesulitan parkir,” ujar Ita.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *