Mengapa Mbak Ita Putuskan Tak Maju Pilkada 2024? – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.comWali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, atau yang akrab dipanggil Mbak Ita, baru-baru ini membuat keputusan mengejutkan dengan menyatakan bahwa dia tidak akan maju dalam Pilkada 2024.

Keputusan Wali Kota Semarang, Mbak Ita, untuk tidak maju dalam Pilkada 2024 mengejutkan banyak pihak. Berbagai pertanyaan dan spekulasi muncul terkait alasan di balik keputusannya tersebut.

Berikut adalah 5 alasan utama yang mendasari keputusan Mbak Ita:

Keputusan ini memunculkan berbagai pertanyaan dan spekulasi, namun ada 5 alasan utama yang mendasari keputusannya tersebut.

 

Prioritas Keluarga

Salah satu alasan utama di balik keputusan Mbak Ita adalah pertimbangan keluarga.

Sejak lama, dia merasa bahwa dia belum dapat memberikan perhatian dan kasih sayang yang memadai kepada keluarganya,

terutama kepada putranya, Muhammad Faras Razin Pradana atau Juon.

Permintaan dari putranya agar lebih memilih istirahat dan mengurus rumah tangga menjadi faktor penting dalam keputusannya.

“Saat ini dia (Juon) sedang (menempuh pendidikan untuk ambil) spesialis, dia minta untuk saya berhenti. Dan seorang ibu pastinya ingin mendengar anaknya,” ujarnya sambil meneteskan air mata, Jumat 23 Februari 2024.

Pemahaman akan Tanggung Jawab

Mbak Ita menyadari pentingnya menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai Wali Kota Semarang hingga masa jabatannya berakhir.

Dia ingin fokus untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sudah direncanakan dan berkomitmen untuk melayani masyarakat Semarang hingga akhir masa jabatannya.

“Saya dari hati yang terdalam, pertama ingin menyelesaikan tugas-tugas saya sampai selesai. Banyak tugas yang mungkin sampai 2024 ini selesai. Kedua izinkan saya akan fokus pada keluarga,” terangnya.

Kebutuhan Pribadi dan Spiritual

Keputusan untuk tidak maju dalam Pilkada juga didorong oleh kebutuhan pribadi dan spiritual Mbak Ita.

Dia merasa bahwa ada waktu yang tepat untuk fokus pada keluarga dan menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesionalnya.

“Dan izinkan saya setelahnya fokus untuk keluarga dan anak saya. Karena sampai umur 28 tahun, dia (Juon) belum pernah merasakan kasih sayang ibunya,” ucapnya.

 

Respek pada Partai

Meskipun keputusan ini adalah keputusan pribadinya, Mbak Ita tetap menghormati partainya, yaitu PDIP.

Dia menunggu instruksi resmi dari partai mengenai keputusannya, sambil berharap agar keputusannya untuk tidak maju dalam Pilkada bisa dipenuhi.

“Tapi juga nanti mungkin saya kembalikan lagi ke partai. Tapi kalau dari saya, saya ingin fokus kepada keluarga. Sudah cukup pengabdian saya sebagai profesional, sehingga cukup bagi saya menyumbangkan tenaga, pikiran, energi, kepada masyarakat,” bebernya.

 

Kepuasan Profesional

Sebagai seorang profesional yang telah mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat, Mbak Ita merasa bahwa pengabdian dan kontribusinya sudah cukup.

Dia merasa puas dengan sumbangan tenaga, pikiran, dan energinya kepada masyarakat, dan kini ingin fokus untuk memberikan perhatian lebih kepada keluarganya.

Keputusan Mbak Ita untuk tidak maju dalam Pilkada 2024 merupakan keputusan yang penuh pertimbangan dan memiliki dampak yang signifikan dalam politik lokal Semarang.

“Serta izinkan saya selesai di 2024, tetapi semuanya saya serahkan kepada partai. Tapi ya itu tadi, dari hati yang terdalam saya ingin pensiun,” jelasnya.

Meskipun belum ada kepastian resmi dari partai, keputusan ini mencerminkan prioritas Mbak Ita dalam menjalani kehidupan pribadi dan profesionalnya.

 

Dampak Keputusan Mbak Ita

Keputusan Mbak Ita untuk tidak maju dalam Pilkada 2024 merupakan keputusan yang penuh pertimbangan dan memiliki dampak yang signifikan dalam politik lokal Semarang.

Meskipun belum ada kepastian resmi dari partai, keputusan ini mencerminkan prioritas Mbak Ita dalam menjalani kehidupan pribadi dan profesionalnya.

Keputusan Mbak Ita untuk tidak maju dalam Pilkada 2024 adalah contoh bagaimana seorang pemimpin harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil keputusan.

Keputusannya menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang bertanggung jawab, berprioritas pada keluarga, dan memiliki kebutuhan pribadi dan spiritual yang harus dipenuhi.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *