Mengenal 3 Permukiman di Semarang Berdasarkan Golongan Kelas Masyarakat di Zaman Penjajahan Belanda – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comSejak Semarang resmi menjadi kotapraja tahun 1906, maka terdapat pelapisan sosial berdasarkan kelas atau kedudukan mereka sebagai dasar kehidupan ekonomi masyarakat.

Dikutip dari Sejarah Sosial Semarang, golongan ini apapun pangkat dan derajat mendapat arti sendiri di mata masyarakat.

Maka muncul tempat permukiman di Kota Semarang pada zaman penjajahan Belanda berdasarkan golongan kelas atau status sosial masyarakat.

1. Golongan Penjabat Belanda

Golongan penjabat Belanda tinggal di sekitar pusat kota Semarang, seperti Seteran, Pendrikan, Sompok, Mlaten.

Selanjutnya berkembang di kawasan Candi mulai tahun 1919, terutama bagi orang orang Belanda sipil atau militer.

Bentuk bangunan rumah dan halaman meniru bentuk bangunan dan halaman di negara eropa.

2. Golongan Pegawai Menengah dan Rendah

Sedangkan golongan pegawai menengah dan rendah terdapat di permukiman sekitar rumah rumah para penjabat itu, hanya agak masuk ke dalam yang berarti tidak di pinggir jalan besar.

Contoh di daerah Pendrikan, Bulu, Halmahera, Mlaten, Seteran, dan lain lain.

Ciri ciri wilayah ini berupa jalan kampung yang menggunakan beton semen.

3. Golongan Pedagang

Kaum golongan pedagang biasanya adalah orang Cina dan Arab dan mereka membentuk permukiman sendiri di Pecinan, Pekojan, Gang Pinggir, dan sekitarnya.

Juga ada kampung Arab Kauman, Kampung Melayu, dan daerah sekitar pasar.

Ada juga golongan pedagang kaya yang tinggal di daerah Thamrin dan menguasai kawasan sekitar Mataram juga Karang Tempel.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *