Pemprov Jateng Sosialisasikan Kewaspadaan Terhadap El Nino di Wilayah Jawa Tengah – Liputan Online Indonesia

Dosen Fakultas Pertanian UNS Dr. Ir. Sumani, M.si dalam acara seminar pagi hari ini di gedung BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Rabu (12/7)

SEMARANG, liputanbangsa.comPemerintah Provinsi Jawa Tengah mengadakan diskusi bersama BMKG Semarang, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dosen UNS Fakultas Pertanian terkait kewaspadaan terhadap fenomena El Nino.

Dalam diskusi tersebut naraasumber menerangkan tentang bagaimana gambaran, apa dan bagaimana antisipasi yang harus masyarakat lakukan, serta bagimana dampaknya terhadap ketahanan pangan.

Berbicara mengenai El Nino, sangat berkaitan dengan fenomena perubahan iklim.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen mengatakan, perubahan klim terjadi karena pemanasan global, konsentrasi gas rumah kaca yang timbul karena aktivitas manusia, pembakaran fosil dan penggundulan hutan.

Baca Juga :

El Nino Diprediksi Timbulkan Fenomena Krisis Pangan Hingga Rusaknya Infrastruktur di Indonesia – Liputan Online Indonesia

“Dampak perubahan iklim menimbulkan dampak susulan di sektor ekonomi, infrastruktur, ekolog, hingga masalah sosial politik. Di Kota Semarang masih merasakan musim penghujan, seharusnya terjadi secara berurutan, namun akhir-akhir ini terjadi secara tidak berurutan,” jelasnya.

Diakui perubahan iklim juga menimbulkan fenomena puting beliung. Di Indonesia yang sebelumnya tidak pernah terjadi kasus ini, akhir-akhir juga ditemukan kasus Puting Beliung.

“El Nino ini juga berpotensi meningkatkan terjadi kebakaran hutan. Sektor lain yang terdampak seperti pertanian karena tanaman semusim yang sangat mengandalkan air. Situasi saat ini harus dicegah agar tidak terjadi krisis pangan,” tambahnya.

Dosen Fakultas Pertanian UNS Dr. Ir. Sumani, M.si mengatakan, sumber permasalahan utama dari perubahan iklim ini adalah meningkatnya populasi manusia, terutama di Indonesia.

Peningkatan populasi ini menyebabkan kerusakan lingkungan, krisis energi, krisis air bersih, dan krisis pangan. Pola konsumsi manusia saat ini cenderung lebih konsumtif atau berlebihan.

Dengan adanya fenomena perubahan iklim dapat mengurangi jumlah populasi keanekaragaman hayati.

“Perubahan iklim merupakan kendala atau tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan? Kalau kendala maka diterima apa adanya, tidak ada daya juang untuk mengantisipasi. Namun jika kita menganggap tantangan, maka kita akan berjuang menghadapi dan mengantisipasinya,”

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno, S.TP, M.M memaparkan gambaran fenomena El Nino 2023, dampak El Nino terhadap iklim dan cuaca di 2023, hingga prediksi kejadian El Nino 2023.

Sukasno menjelaskan, seluruh kabupaten di wilayah Jawa Tengah 2023 semua sudah mulai memasuki musim kemarau. Mulai bulan Maret, April dan Mei.

Kriteri musim kemarau, curah hujan tidak lebih dari 50 mm. Kejadian hujan ada namun hanya beberpa hari saja.

“Di bulan Juli-Desember BMKG seluruh dunia memprediksikan kondisi akan hangat hingga akhir tahun 2023,” imbuhnya.

Dengan fenomena El Nino ini seluruh lapisan masyarakat dihimbau harus bisa beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi di masing-masing wilayahnya, terutama bagi petani karena perubahan iklim juga bisa memicu lonjakan organisme yang mengganggu di tanaman pangan.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *