Penangkapan Eks Walkot Filipina Alice Guo di Indonesia Buka Peluang Pertukaran Buron Narkoba – Liputan Online Indonesia

JAKARTA, liputanbangsa.com Penangkapan mantan Wali Kota Bamban di Filipina (Alice Guo) disebut membuka peluang negosiasi dengan otoritas Filipina untuk melakukan pertukaran dengan Gregor Johann Haas, bandar narkoba yang dicari Badan Narkotika Nasional (BNN).

Kepala Divisi Hubinter Polri, Irjen Krishna Murti, membenarkan soal penangkapan Alice Guo yang ditangkap oleh tim gabungan Divisi Hubinter Polri dengan Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Polresta Bandung.

Saat ini, kata Krishna, Polri tengah bernegosiasi dengan aparat Filipina untuk menyerahkan buron BNN, Gregor Haas, yang ditangkap di Filipina.

“Diharapkan juga hal yang sama Filipina mau mengirimkan buronan utama BNN atas nama Gregor Haas yang sampai saat ini masih dinegosiasikan upaya pertukarannya,” ujar Krishna Murti, Kamis (05/09).

Gregor Johann Haas diklaim sebagai gembong narkoba jaringan Asia ditangkap di Cebu, Filipina, pada Mei 2024 silam.

Kepala Biro Humas dan Protokol BNN Brigadir Jenderal Sulistyo Pudjo Hartono menjelaskan, Gregor Haas merupakan warga negara Australia yang tinggal di Gili Trawangan, Lombok Utara.

Meski sudah ditangkap, Gregor Haas hingga kini masih ditahan di Filipina.

 

Penangkapan Alice Guo di Indonesia

Sebelumnya, Departemen Kehakiman Filipina (DOJ) mengonfirmasi penangkapan buron paling dicari di Filipina, Alice Guo yang juga dikenal sebagai Guo Hua Ping—di Kota Tangerang, Indonesia.

Departemen tersebut mengutip keterangan Kepala Bagian Kejahatan Internasional (Jatinter) Divisi Hubungan Internasional Polri, Kombes Audie S Latuheru, yang mengatakan Guo ditangkap pada Selasa (03/09) pukul 23:58 WIB

“Perkembangan ini telah diverifikasi oleh rekan-rekan kami di Imigrasi, yang telah mengonfirmasi bahwa Guo saat ini ditahan oleh Jatanras Mabes Polri,” kata Departemen Kehakiman Filipina sebagaimana dikutip kantor berita Filipina PNA.

Menteri Kehakiman Filipina, Jesus Crispin Remulla, menyambut baik perkembangan tersebut.

Dia mengatakan penangkapan Guo merupakan bukti dari upaya tak kenal lelah dari lembaga penegak hukum dan kekuatan kerja sama internasional dalam membawa buronan ke pengadilan.

“Kami akan memastikan bahwa semua proses hukum diikuti untuk meminta pertanggungjawabannya atas kejahatan yang dilakukan. DOJ berkomitmen untuk mengejar keadilan dan akan terus berkoordinasi erat dengan pihak berwenang Indonesia untuk memfasilitasi prosedur hukum yang diperlukan,” katanya.

Guo diduga terlibat dalam judi ilegal Philippine Offshore Gaming Operators (POGO) di negara tersebut. Status kewarganegaraannya pun dipertanyakan.

Adik perempuan Guo, Shiela, dan rekan bisnisnya, Cassandra Li Ong, sebelumnya ditangkap di Batam, Kepulauan Riau, dan telah dipulangkan ke Filipina, pada 22 Agustus lalu.

Selama sidang Subkomite Senat tentang Keadilan dan Hak Asasi Manusia, Shiela mengakui bahwa dia meninggalkan negara itu bersama Alice Guo menggunakan perahu.

Siapa Alice Guo?

Alice Guo dituduh mengizinkan sindikat perdagangan manusia dan pusat penipuan beroperasi di kotanya dengan menyamar sebagai kasino online.

Para senator juga menuduhnya sebagai agen atau mata-mata China karena jawaban-jawabannya “tidak jelas” saat menanggapi pertanyaan tentang asal usulnya.

Polisi telah mengajukan tuntutan pidana terhadapnya, sementara badan anti-korupsi Filipina baru-baru ini memecatnya dari jabatannya dengan alasan “pelanggaran berat”.

Alice membantah semua tuduhan tersebut.

Guo meninggalkan Filipina “secara ilegal” dan melewatkan pemeriksaan perbatasan, menurut Biro Imigrasi Filipina yang mengatakan bahwa mereka mengetahui perjalanannya ke luar negeri melalui sumber-sumber intelijen.

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mengatakan dia akan “membongkar pelaku yang telah mengkhianati kepercayaan masyarakat dan membantu pelariannya (Alice Guo).”

Dia juga memerintahkan paspor Filipina milik Guo dinyatakan tidak berlaku.

Alice Guo membantah tudingan bahwa dia mata-mata China. Dia mengaku dirinya merupakan “anak di luar nikah” antara pria asal China dan asisten rumah tangga asal Filipina.

Bamban adalah kota yang biasa-biasa saja di daerah penghasil padi di sebelah utara ibu kota Filipina, Manila.

Wali Kotanya, Alice Guo, adalah seorang kepala daerah yang selalu terlihat sigap dan cekatan.

Perempuan berkacamata, berambut hitam panjang, dan suka mengenakan pakaian berwarna pink di depan umum ini berbicara bahasa Tagalog tanpa logat asing.

Alice Guo mengeklaim bahwa ia lahir di luar nikah, dari hubungan ayahnya warga China dengan asisten rumah tangga asal Filipina, sehingga, ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di peternakan babi.

Ia juga membantah keterlibatannya dalam tindakan kriminal yang terjadi di kota pimpinannya.

Aparat penegak hukum Filipina menemukan bahwa kasino online di kotanya yang dikenal secara lokal dengan istilah Pogo sebenarnya adalah kedok pusat penipuan.

Pogo adalah singkatan dari Operator Perjudian Lepas Pantai Filipina yang kliennya mencakup orang-orang China daratan.

Pihak berwenang menggerebek kasino tersebut pada bulan Maret lalu dan menyelamatkan hampir 700 pekerja, termasuk 202 warga negara China dan 73 orang asing lainnya yang dipaksa menyamar di dunia maya sebagai kekasih.

Bisnis-bisnis ini berkembang pesat pada masa pemerintahan Rodrigo Duterte, yang selama berkuasa dekat dengan Tiongkok.

Di bawah pemerintahan presiden saat ini Ferdinand Marcos, Pogo mendapat pengawasan ketat setelah diketahui bahwa beberapa di antaranya telah digunakan sebagai kedok perdagangan manusia dan operasi penipuan online.

Kasus Guo terungkap ketika sengketa wilayah antara Manila dan Beijing di Laut China Selatan sedang memanas.

‘Saya Anak Luar Nikah, Bukan Mata-mata China’

Alice Guo membantah tudingan bahwa ia seorang agen mata-mata China. Dia mengaku dirinya merupakan anak yang lahir di luar nikah dari hubungan seorang pria asal China dengan seorang asisten rumah tangga asal Filipina.

Menjawab tudingan bahwa ia adalah seorang mata-mata China, ia menjelaskan bahwa ibunya kabur saat ia masih bayi dan ia dibesarkan ayahnya di sebuah peternakan babi di Tarlac, provinsi di sebelah selatan ibu kota Manila.

”Saya adalah anak di luar nikah dari hubungan ayah saya dengan asisten rumah tangga… Ini adalah hal yang sangat pribadi. Saya tidak bisa secara terbuka mengungkapkan bahwa ibu saya meninggalkan saya,” katanya.

Ia meminta maaf kepada para senator karena tidak bisa menjelaskan latar belakang keluarganya saat sidang. Ia sebut “pikiran saya tiba-tiba kosong”.

Guo mengatakan bahwa ia merasa malu karena statusnya sebagai anak di luar nikah sehingga ia lebih sering tinggal diam di peternakan babi milik keluarganya.

”Saya tidak punya teman main. Saya tumbuh besar di peternakan tersembunyi,“ ujar Guo.

Lebih lanjut, Guo kembali menegaskan bahwa ia sama sekali tidak terlibat dengan permasalahan Pogo ataupun pusat perdagangan manusia dan operasi penipuan online.

“Saya tidak memiliki kuasa itu. Saya hanya seorang warga biasa dari wilayah kelas dua. Saya tidak memiliki jaringan-jaringan seperti itu,“ ucapnya.

Presiden Ferdinand Marcos telah menugaskan pihak otoritas untuk menyelidiki status kewarganegaraan Guo dan memastikan agar warga asing tidak bisa memegang jabatan publik.

“Saya mendengar kabar bahwa saya mungkin dideportasi. Ibu saya sudah pergi meninggalkan saya. Apakah sekarang negara saya akan mendeportasi saya?“ kata Guo.

Ia berencana mencalonkan diri lagi untuk pemilihan tahun depan. Wali kota di Filipina boleh menjabat sebanyak tiga periode dengan setiap periode selama tiga tahun.

“Saya tidak akan mengundurkan diri. Saya akan terus melayani masyarakat,” ujarnya.

 

Kolam Renang dan Gudang Penyimpanan Anggur

Alice Guo kedapatan memiliki setengah dari tanah tempat Pogo berdiri, tepat di belakang kantornya.

Dia mengeklaim menjual properti itu sebelum dia mencalonkan diri sebagai wali kota dua tahun lalu.

Sebuah rekaman vídeo memperlihatkan isi kompleks seluas hampir delapan hektare itu yang dilengkapi toko kelontong, gudang, kolam renang, dan bahkan gudang minuman anggur.

Para pekerja pusat penipuan bekerja di deretan meja putih panjang dengan komputer-komputer.

Guo juga diketahui memiliki sebuah helikopter dan sebuah Ford Expedition yang terdaftar atas namanya. Namun seperti tanahnya, menurutnya, keduanya telah lama dijual.

Setelah sidang senat, Senator Risa Hontiveros bertanya apakah Guo adalah “aset” China berdasarkan jawaban-jawaban “tidak jelas” perempuan itu terhadap serangkaian pertanyaan tentang latar belakang pribadi dan bisnisnya.

Pada Kamis (16/05) malam, Presiden Marcos menebalkan misteri soal sosok Guo.

“Tidak ada yang mengenalnya. Kami bertanya-tanya dari mana asalnya, itu sebabnya kami menyelidiki hal ini bersama dengan Biro Imigrasi, karena pertanyaan-pertanyaan tentang kewarganegaraannya,” kata Marcos kepada para wartawan, Kamis (16/05) malam.

Guo mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia “bukan orang yang suka memanjakan, bukan pelindung Pogo”.

Sedikit yang diketahui tentang latar belakang Guo.

Hal ini tidak biasa terjadi di pedesaan Filipina mengingat para pejabat lokal sering berafiliasi dengan dinasti politik. Dia baru menjalani masa jabatan pertamanya sebagai pejabat terpilih.

Komisi Pemilihan Umum Filipina menyebut dia mendaftar sebagai pemilih di Bamban pada 2021, atau satu tahun sebelum mencalonkan diri dan menang sebagai wali kota.

Nama keluarganya, Guo, juga bukan salah satu nama umum keluarga orang Filipina yang memiliki garis keturunan Tionghoa.

Meskipun dijajah oleh Spanyol, Filipina dan Tiongkok memiliki ikatan budaya yang kuat karena perdagangan selama berabad-abad. Faktanya, Filipina memiliki pecinan tertua di dunia.

Saat ditanyai oleh para senator, Guo mengakui bahwa akta kelahirannya baru didaftarkan ke otoritas setempat ketika dia berusia 17 tahun.

Sebabnya, kata Guo, dia dilahirkan di rumah bukan di rumah sakit atau klinik. Dia tidak bisa memberikan rincian lebih lanjut.

Dia mengatakan dirinya dididik di rumah, di dalam kompleks keluarga tempat orang tuanya juga memelihara babi.

Dia tidak dapat mengingat nama induk organisasi sekolah-rumah dan hanya menyebutkan salah satu gurunya.

Dia mengatakan ayahnya adalah orang Filipina. Namun dalam catatan bisnis, ayahnya diidentifikasi sebagai warga negara China.

“Banyak yang bertanya, siapakah Alice Guo?” cetusnya dalam pidato kampanye tahun 2022, menurut media Filipina, GMA News.

“Saya Alice Guo dari Bamban. Ibu saya orang Filipina, ayah saya orang China,” katanya dalam bahasa Tagalog.

Senator Risa Hontiveros termasuk di antara orang-orang yang menanyaiGuo tentang catatan kelahiran dan pendidikannya.

Ketika dia mendesak wali kota untuk menjelaskan lebih spesifik, dia hanya mendapat jawaban “Nanti saya akan hubungi Anda”.

“Saya sangat khawatir dengan betapa tidak jelasnya jawaban Guo, terutama latar belakangnya,” kata Hontiveros kepada wartawan.

“Apakah Wali Kota Alice, dan orang-orang seperti dia dengan latar belakang misterius, bekerja sebagai aset bagi China? Ditanam di negara kita sehingga mereka dapat mempengaruhi politik Filipina?” kata Hontiveros.

“Sulit dipercaya Wali Kota Bamban, Alice Guo, ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan kami selalu ‘Saya tidak tahu’ dan dia bahkan tidak ingat di mana dia tinggal,” kata Senator Sherwin Gatchalian, yang juga hadir dalam sidang tersebut.

Marcos mengatakan penyelidikan terhadap Guo bertujuan untuk mencegah warga negara asing memegang jabatan publik di negara tersebut. Dia mengatakan Filipina “tidak hanya melihat satu negara saja”.

“Kami akan memperketat penegakan hukum. Undang-undangnya sudah ada, masalahnya ada yang berpikir orang-orang ini bisa mendatangkan uang, atau mereka disuap,” kata Marcos.

Komisi Pemilihan Umum Filipina dan Jaksa Agung sedang menyelidiki kasus Guo untuk mengetahui apakah dia memegang jabatan publik secara tidak sah. Jika terbukti, dia bisa dicopot dari jabatannya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *