Penyakit Antraks Menggila di Gunungkidul – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Penyakit antraks menyerang puluhan warga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah.

Satu orang dilaporkan meninggal dunia, sementara 87 orang lainnya dinyatakan positif terinfeksi antraks per Rabu (5/7).

Antraks (anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, menurut Balai Besar Veteriner Wates di situs web resmi Kementerian Pertanian.

Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, tapi dia juga bisa menular ke manusia alias zoonosis.

Bakteri penyebab antraks akan membentuk spora jika terpapar udara. Dia menjadi sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu.

Spora ini juga bisa tahan selama puluhan tahun di dalam tanah karena keberadaan spora yang merupakan sumber infeksi ini ditemukan di tanah, antraks juga sering disebut “penyakit tanah”.

Antraks menular melalui spora yang dihasilkan oleh B. anthracis. Spora yang ada di tanah ini, apabila masuk ke dalam tubuh ternak melalui makanan atau minuman, dapat menyebabkan infeksi.

Ternak yang terinfeksi antraks bakal mengekresikan B. anthracis menjelang kematiannya. Oleh karena itu, jika ternak yang terserang antraks dipotong, maka bakteri akan membentuk spora dan menyebar kembali ke lingkungan serta sulit untuk dimusnahkan.

 

Ciri Hewan Terinfeksi Antraks

Ternak yang terinfeksi antraks biasanya mengalami demam tinggi pada awal infeksi. Hewan tersebut kemudian mengalami gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, dan mati. Tak jarang ternak mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis.

Sapi yang terpapar antraks juga biasanya mengeluarkan darah dari lubang-lubang kumlah, seperti hidung, telinga, dan anus. Selain itu, terjadi pula pembengkakan pada daerah macam leher, dada, abdomen, dan sekitar kelamin.

 

Bahaya Antraks Menginfeksi Manusia

 

Antraks bisa menginfeksi manusia melalui luka terbuka di kulit, dan menelan atau menghirup spora antraks.

Lebih dari 90 persen kasus antraks pada manusia adalah jenis antraks kulit, mengingat infeksi melalui luka terbuka di kulit merupakan transmisi yang paling umum terjadi pada manusia.

Adapun gejala antraks yang menular lewat kulit meliputi, muncul ruam, benjolan, dan kemerahan di kulit disertai perih dan gatal pada bagian tengah berwarna kehitaman.

Di sekitar kulit yang terinfeksi juga biasanya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, gejala sering diiringi dengan demam, lemah, mual dan muntah.

Sementara itu, gejala yang muncul pada infeksi antraks melalui saluran pencernaan dan radang tenggorokan meliputi :

  • Mual
  • Muntah
  • Diare yang disertai darah
  • Sakit atau radang tenggorokan
  • Sesak di bagian dada
  • Kesulitan bernapas
  • Kematian

Baca Juga :

Bahaya Antraks : Menular dari Hewan ke Manusia via Kulit, Pernapasan, Pencernaan – Liputan Online Indonesia

Diagnosis antraks pada manusia bisa dilakukan secara bakteriologis melalui isolasi dan identifikasi bakteri B. anthracis pada media buatan dan secara molekuler dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR).

Pada manusia, infeksi antraks bisa diobati dengan pemberian antibiotik disertai antitoksin.

Bagaimanapun, sangat dilarang untuk menyembelih dan mengonsumsi daging hewan yang terpapar penyakit antraks.

Ternak yang mati karena antraks atau diduga antraks, harus dimusnahkan dengan cara dibakar habis atau dikubur dengan kedalaman minimal 2 meter.

Kasus Antraks di Gunungkidul

Penularan antraks di Gunungkidul ditengarai oleh salah seorang warga yang menyembelih dan mengkonsumsi sapi yang telah mati.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawa Wulandari mengatakan ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi.

Bahkan ada sapi yang telah dikubur, kemudian digali dan dikonsumsi warga.

“Sapi sakit mati, kemudian suruh kubur melalui SOP sudah kita kuburkan tapi sama masyarakat ada yang 1 (sapi) digali lagi dikonsumsi,” kata Wibawa.

Sementara Kabid Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti, menyebut total ada 6 sapi dan 6 kambing yang positif antraks mati di dusun itu.

Lantaran bangkai sudah tak ditemukan maka yang diperiksa ke laboratorium adalah tanahnya.

 

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *