Pertumbuhan Ekonomi China Semakin Melemah – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Mayoritas Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Selasa (18/7/2023), di mana investor masih menimbang dampak dari melemahnya ekonomi China.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,46%, Shanghai Composite China turun tipis 0,09%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,22%, dan KOSPI Korea Selatan juga terpangkas 0,22%.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,73% dan Straits Times Singapura naik tipis 0,03%.

Investor di Asia-Pasifik sepertinya masih menimbang pertumbuhan ekonomi China yang dirilis kemarin, di mana ekonomi China cenderung melemah pada kuartal II-2023.

Produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal II-2023 naik sebesar 6,3% (year-on-year/yoy) atau lebih rendah dari ekspektasi pasar yang berada pada angka 7,3% (yoy).

Namun begitu, hasil ini lebih tinggi dari kuartal I-2023 yang tumbuh sebesar 4,5% (yoy).

Secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB China justru melandai menjadi 0,8% pada kuartal II-2023, lebih rendah dari periode kuartal I-2023 yang tumbuh 2,2%, tetapi lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 0,5%.

Meskipun begitu, ekspor China dilaporkan turun dengan besaran paling jumbo dalam tiga tahun pada Juni, angkanya merosot lebih buruk dari perkiraan yakni 12,4% (yoy).

 

Sementara impor juga turun lebih dari yang diharapkan yakni sebesar 6,8% (yoy).

Ini menandakan bahwa ekonomi China tampak semakin terpukul. Negara yang dipimpin oleh presiden Xi Jin Ping ini tampak kehilangan momentum untuk pulih setelah tertekan dari Covid-19.

Pelemahan ekonomi China menjadi sinyal buruk bagi dunia, terutama Asia mengingat China adalah motor utama penggerak ekonomi di kawasan Asia.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah pada pagi hari ini terjadi di tengah menghijaunya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,22%, S&P 500 bertambah 0,39%, dan Nasdaq Composite melesat 0,93%.

Saat ini, investor di AS tengah menunggu musim pendapatan kuartal kedua meningkat minggu ini dengan hasil dari lembaga keuangan besar seperti Bank of America, Morgan Stanley dan Goldman Sachs.

Selain itu, hasil juga jatuh tempo dari United Airlines, Pasir Las Vegas dan raksasa teknologi Tesla serta Netflix.

Baca Juga : 

Suhu di China Saat Ini Bak di ‘Neraka’ – Liputan Online Indonesia

Wall Street mengharapkan musim yang suram dengan keuntungan yang lebih rendah. Menurut FactSet, analis memperkirakan penurunan lebih dari 7% dalam pendapatan S&P 500 dari tahun lalu.

Pekan ini juga investor tengah memasang mode wait and see menjelang pertemuan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisi Juli.

Menurut alat FedWatch CME Group, investor mengantisipasi peluang hampir 97% bank sentral paling powerfull itu bakal menaikkan suku bunga akhir bulan ini, setelah menghentikan kenaikan pada Juni lalu.

Sebagaimana diketahui, inflasi AS melandai ke 3% (yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei. Laju inflasi AS jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi Juni sebesar 3,1%. Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2%dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

Dengan inflasi yang melandai, pelaku pasar kini berekspektasi jika The Fed akan melunak.

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *