Popularitas Kuliner Tradisional Makin Menurun, Ajari Eksplor Lebih Pada Generasi Muda – Liputan Online Indonesia

Kuliner TradisionalPopularitas Kuliner Tradisional Makin Menurun, Ajari Eksplor Lebih Pada Generasi Muda - Liputan Online Indonesia. Foto: dok.kompas.com

liputanbangsa.com – Nugraha Nataatmadja, Corporate General Manager Amaris International Hotel PT Grahawita Santika mengakui penurunan popularitas sejumlah kuliner tradisional Indonesia disebabkan karena perkembangan zaman yang makin modern.

“Sekarang banyak banget makanan dari luar negeri itu masuk ke Indonesia. Masyarakat Indonesia suka lupa cita rasa khas makanan daerahnya sendiri, padahal ada banyak jenisnya,” kata Nugraha dalam acara Palmerah, Yuk! pada Jumat (24/2).

Generasi sebelumnya atau rang yang masih mengenali jelas kuliner tradisional Indonesia dirasa harus mengenalkan beragam makanan ini pada anak muda, menurut Nugraha.

Belajar mengeksplor hidangan tradisional merupakan salah satu upaya dalam mengenalkan kuliner Indonesia pada anak muda.

“Kalau kita datang ke suatu daerah, mereka (masyarakat setempat) pasti akan mengajak makan kuliner lokal. Kalau belum pernah coba, harus dicicip dulu seperti apa rasa dan aromanya,” jelas Nugraha.

Anak muda dapat mulai mencoba membuat kuliner tersebut setelah mengetahui cita rasanya, bahkan lebih jauh melihat pembuatannya langsung.

“Harus memahami cara membuatnya. Kalau kita-kita tidak tahu, siapa lagi yang bisa meneruskan? Jadi, ini sebaiknya dilakukan turun-temurun,” ujar dia.

Dua narasumber lainnya yang turut hadir dalam acara bertajuk “Merawat Warisan Kuliner Nusantara: Menggali Makna di Balik Rasa dan Aroma” ini pun menyampaikan pendapat serupa.

Christopher Yapvian, pemilik MeMeat Indonesia, berpendapat bahwa semua generasi harus mengenal kuliner Indonesia yang ternyata lebih kompleks daripada makanan luar negeri.

“Yang penting adalah mencoba dulu makanannya. Kalau dari segi rasa, ada yang bilang enak atau tidak enak, suka atau tidak, itu kembali ke selera,” kata Christopher.

Ia juga menambahkan para pebisnis muda harus lebih kreatif dalam membangun bisnis makanan, khususnya kuliner Indonesia, agar mampu bertahan lama, bukan viral semata.

“Bisa mulai bisnis makanan yang biasa disantap setiap hari kalau mau jualannya stabil. Harus kreatif juga,” ujar Christopher.

Jenis bahan hingga metode pembuatan makanan Indonesia memang tidak sesederhana kuliner luar negeri. Hal itu disampaikan Yudhistira Hartanto, butcher, koki, sekaligus pemilik Dean Hart’s BBQ & Co.

Namun, hal itu bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena bisa mengembangkan, membuat inovasi lebih banyak dari sumber daya alam yang ada.

Anak muda juga bisa saja membawa makanan ini ke level lebih tinggi, tak hanya mengenalkan dan mempertahankan kuliner Indonesia saja.

“Gali sebanyak-banyaknya ilmu dari Timur, Barat, atau banyak kawasan. Gabungkan imu yang ada. Itu salah satu cara elevate makanan tersebut,” kata Yudhistira.

“Makanan Indonesia yang di-plating itu terlihat bagus, tapi gimana caranya ketikda levelnya naik, kita juga punya dasar yang kuat untuk melestarikan makanan tersebut,” tandasnya. (afifah/lbi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *