Said Aqil Sebut Budaya Indonesia Lebih Mulia dari Budaya Orang Arab – Liputan Online Indonesia

JAKARTA, liputanbangsa.comSaid Aqil Siroj, Ketua Dewan Pembina Islam Nusantara Foundation (INF), mengklaim budaya Indonesia jauh lebih mulia dibanding budaya Arab, sebuah pernyataan yang berulang kali dilontarkan sejak lama.

Mulanya, Said mengatakan dirinya dan para peserta yang hadir adalah orang Islam. Dia menyebut Nabi orang Islam adalah orang Arab.

Lalu, Al-Qur’an, bacaan shalat, hingga adzan pun berbahasa Arab.

“Tapi budaya kita jauh lebih mulia dari budaya orang Arab,” ujar Said pada pidatonya dalam acara konsolidasi kebangsaan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Jumat (8/9).

Dia pun bercerita melangkahi orang shalat di Arab itu adalah hal yang biasa.

Sedangkan di Indonesia, tidak ada seorang pun yang tega hatinya untuk melangkahi kepala orang yang sedang sujud.

Said juga menceritakan pengalamannya bersama ulama dari Timur Tengah selama menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

“Waktu saya menjadi Ketua Umum PBNU, sering ada tamu dari Timur Tengah, ulama memberikan kartu nama pakai tangan kiri, biasa. Kalau kita kan risih,” ucapnya.

Dia juga bercerita orang yang lebih tua tidak dipanggil dengan panggilan bang, mas, atau semacamnya. Melainkan, dipanggil langsung dengan namanya.

Said, yang kalah dari Yahya Cholil Staquf dalam Muktamar PBNU 2021, juga menyebut masih banyak contoh lainnya perbedaan ‘kemuliaan’ budaya Indonesia dan budaya Arab.

“Artinya apa? Kita syukuri budaya kita lebih terhormat dari budaya orang Arab,” jelasnya.

Ucapannya ini sudah berulang kali dilontarkan dalam berbagai kesempatan.

Pada 2018, saat masih menjabat Ketua Umum PBNU, Said Aqil menilai bahwa budaya Indonesia patut untuk dijaga dan lebih baik ketimbang budaya di negara Arab Saudi maupun di negara-negara Barat.

“Mari kita jaga NKRI, bukan hanya geografinya tapi budayanya, budaya kita lebih maju dibanding orang Arab, budaya kita lebih baik dibanding orang Arab,” ujar Said saat berpidato di acara Halal bi Halal PBNU, di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

“Di kita aja lagi bertengkar masih panggil ‘mas’, atau ‘kang’, lewat di depan orang tua masih menunduk, memberikan sesuatu jangan pakai tangan kiri, tapi di Arab biasa, di kita jelek,” ujar pemuka agama kelahiran Cirebon itu.

Tak hanya itu, ia menyatakan budaya Indonesia juga jauh lebih unggul ketimbang budaya barat seperti di benua Amerika maupun Eropa.

Di benua Eropa dan Amerika, kata Said Aqil, masyarakatnya lebih individualistis tak seperti di Indonesia yang menjunjung tinggi budaya silaturahmi.

“Orang Barat tak ada silaturahim, kakak adik kenal, misalnya saya punya anak, tapi anak saya dengan anak adik saya sudah tak kenal, budaya Eropa itu,” ujarnya.

Pada 2021, Said Aqil menyindir sekelompok orang yang demo mengenakan gamis, salah satu pakaian yang gemar digunakan orang-orang Arab.

“Menurut NU, budaya kita jadikan pondasi agama. Contoh, baju batik budaya, untuk salat, untuk dzikir untuk ibadah. Dan agama dibangun atas budaya,” ucap dia, saat memberi sambutan di acara Harlah NU ke 98 via Youtube NU Channel, Sabtu (27/2/2021).

“Yang salah gamis untuk demo itu salah, pake gamis [teriak] ‘Allahuakbar’ untuk demo. Gamis untuk demo, masjid untuk panggung politik itu salah, agama untuk politik itu salah,” cetus dia.

Pada tahun yang sama, Said juga mewanti-wanti kepada para pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Arab maupun Barat untuk pulang ke Indonesia hanya membawa ilmu, bukan budayanya.

“Saya sempat belajar ke Timur Tengah, Gus Dur juga ke Irak dan Mesir, Alwi Shihab ke Mesir. Tapi kita pulang bawa ilmu. Ilmu agama tafsir, hadis. Tapi tak bawa budaya, tak bawa cara berfikir orang Arab,” kata Said, dalam webinar ‘Langkah Nyata Merajut Kebhinekaan NKRI’ yang disiarkan di NU Channel, Jumat (20/8/2021) malam.

“Begitu juga silakan yang kuliah di Eropa, Amerika, pulang bawa teknologi, jangan bawa budaya Eropa atau Barat atau AS ke Indonesia,” tambahnya.

 

Islam Nusantara

Said Aqil merupakan salah satu penyokong utama Islam Nusantara yang berbasis kebudayaan.

Menurut dia, Islam Nusantara yang diadopsi dari keanegakaragaman budaya dan tradisi lokal merupakan “modal sosial Indonesia dalam pergaulan dunia.”

Dia meyakini Islam Nusantara bisa diterapkan di negara-negara di dunia sebagai pedoman berdemokrasi yang damai.

Dia menilai kerja kebangsaan, kemanusiaan, dan keberagaman yang ramah damai dan toleran dapat dilakukan secara simultan.

“Ke depan Islam Nusantara akan mampu menjadi ikon perdamaian dan pelopor humanitarianisme beragama serta kemajuan peradaban,” kata dia, di kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (27/11/2022).

Ia pun sempat meminta pemerintah agresif menyebarkan konsep Islam Nusantara jelang tahun politik 2024.

“Pemerintah harus lebih agresif mempromosikan dan menyebarkan spirit Islam Nusantara ke seluruh penjuru dunia,” cetus Said.

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *