Sejarah Kiai Telingsing Asal Tionghoa dan Erat Kaitannya dengan Ukiran Kudus

ByRedaksi

12 September 2023 , ,
kudusMakam Kyai Telingsing Sunggingan Kudus

Kudus, Liputanbangsa.com – Kiai Telingsing adalah salah satu ulama besar di Kota Kretek. Makam Kiai Telingsing berada di Kelurahan Sunggingan, Kecamatan Kota, Kudus. Jarak dari pusat kota Kudus sekitar 1,5 kilometer atau berkendara sekitar 4 menit saja.

Makam Kiai Telingsing berada di tengah permukiman warga. Bangunannya masih asri, tampak tumpukan bata berwarna merah yang masih terawat.

Konon, Kiai Telingsing merupakan sosok ulama Tionghoa yang menyebarkan agama Islam di Kudus sebelum kedatangan Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus) ke Tajug, nama sebelum Kudus.

kudus
Komplek Makam Kyai Telingsing Sunggingan Kudus

Nama asli beliau The Ling Sing, namun karena lidah orang Jawa agak susah nyebutnya sehingga berubah jadi Telingsing.

“Kiai Telingsing (The Ling Sing) itu orang Tionghoa yang diutus ayahnya untuk menyebarkan agama Islam di Kudus,” kata Juru Kunci Makam Kiai Telingsing yakni Noo Hidayat (55), Senin (11/9/2023).

Dirinya melanjutkan, menurut cerita, selain menyebarkan agama Islam, Kiai Telingsing mempunyai keahlian di bidang ukir. Warga setempat dulu, selain diajari tentang agama Islam, juga diajarkan keterampilan mengukir. Konon, kiai Telingsing juga mempunyai keahlian dalam pengobatan dan ilmu kanuragan.

Dilansir dari rumahjoglo.co.id, Kiai Telingsing datang ke Kudus tidak hanya menyebarkan agama Islam  tetapi juga mengajarkan seni ukir kayu. Ukirannya dikenal dengan sebutan Sung Ging, yang terkenal kehalusannya serta adikarya yang sungguh menakjubkan.

kudus
Komplek Makam Kyai Telingsing Sunggingan Kudus

Kiai Telingsing kemudian dikenal sebagai mubaligh (penyebar Islam) yang dikenal dengan nama Kiai Telingsing.  Nama tersebut kini diabadikan menjadi nama jalan besar di Kota Kudus. Di Kudus juga terdapat kampung yang bernama Sunggingan, diperkirakan dari sebutan Kiai Telingsing.

Dari abad ke 16 sampai abad 18 pengrajin ukir kayu Kudus menerima berbagai pesanan untuk membangun rumah kayu. Bahan utamanya kayu jati dengan kualitas terbaik yang disupplai dari hutan  Blora, Tuban, dan Bojonegoro. Pada abad ke 19 kayu jati dengan kualitas terbaik sudah semakin sulit, sehingga menyurutkan minat mereka untuk mengembangkan keahliannya.

Baca Juga : https://liputanbangsa.com/condro-moeria-di-kudus-cafe-instagramable-sembari-nikmati-alam-gunung-muria/ 

Kemahiran ukir yang masih bertahan hingga sekarang justru berada di Jepara, kota tetangga Kudus. Kemahiran ukir Jepara sangat terkenal dan bertahan hingga sekarang. Sentra pembuat gebyok pun terletak di kota Jepara, yang berdekatan dengan kabupaten Kudus.

Meskipun demikian tidak berarti Jepara melanjutkan tradisi Kudus. Jepara juga punya tradisi ukir yang tua. Kalau guru ukir Kudus adalah Kiai Telingsing, guru ukir warga Jepara adalah Tji Wie Gwan atau Sun Ging Badar Duwung.

Salah satu karya Tji Wie Gwan dapat dijumpai pada ornamen Masjid di Mantingan yang dibangun pada tahun 1559.  Kemudian Sungging Badar Duwung ini mengajarkan kerajinan ukir pada kayu pada warga Jepara, dan kemahiran itu dipertahankan secara turun temurun hingga sekarang.  (Oke/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *