Silsilah Prabowo dan Hubungannya dengan Makam Pangeran Diponegoro – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Prabowo Subianto kembali mengutarakan keinginannya memindahkan makam Pangeran Diponegoro dari Makassar ke kampung halamannya di Yogyakarta.

Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan tersebut dalam acara Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kamis (14/7).

Ini bukan kali pertama Prabowo mengutarakan ambisinya tersebut. Hal itu juga pernah disampaikannya pada 2018.

“Di sini, di kota ini Makassar juga ada makam Pangeran Diponegoro yang dibuang dari daerah asalnya. Dan, tidak ada salahnya kita berpikir apakah tidak di alam merdeka, tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, apakah tidak ada baiknya kita kembalikan makamnya Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya lagi. Perlu kita pikirkan,” ujar Prabowo.

Lantas, mengapa Prabowo berkali-kali mengusulkan pemindahan makam itu?

Adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo sempat bercerita tentang silsilah keturunan keluarganya yang ternyata memiliki keterkaitan dengan Pangeran Diponegoro.

Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pahlawan nasional yang dikenal memimpin Perang Jawa melawan Belanda (1825-1830).

“Pangeran Diponegoro dibantu oleh beberapa, panglima-panglimanya, salah satu itu nenek moyang kami. Yang namanya Raden Tumenggung Kertanegara. Ada juga dinamakan, diberikan nama eyang Banyakwide,” ujar Hashim dalam ‘Sang Patriot : Prabowo Subianto’ yang disiarkan dalam YouTube Gerindra TV, Februari 2014.

Sejarawan dari Universitas Oxford, Peter Carey mengonfirmasi bahwa Prabowo memiliki garis keturunan atau trah dari keraton dan Banyakwide.

“Jadi dari dua trah. Dari pihak keraton dan Banyakwide, menjadi orangtua dari mas Margono. Jadi dia punya suatu trah yang agak luar biasa,” kata Peter.

Pemerhati sejarah dan budayawan Kebumen, Ravie Ananda menerangkan Banyakwide adalah senopati Diponegoro yang memimpin pertempuran di ‘Urutsewu Panjer‘ (Kabupaten Kebumen sekaran).

Nama ‘Banjakwide’ (tertulis Banjakwedi di buku de Java Oorlog), memimpin pasukan yang beranggotakan hingga 900 orang.

“Menurut silsilah di Makam Pekuncen, Prabowo tidak ada jalur keturunan Diponegoro, tetapi leluhurnya adalah salah satu senopati perang hingga masa akhir perang Diponegoro,” jelas Ravie pada Jumat (14/7).

Ravie Ananda kemudian memaparkan silsilah Prabowo hingga Banyakwide.

– Banyakwide (Kertanegara IV), berputra

– R. Kartohatmojo (Patih Banjarnegara), berputra

– Hendrokusumo, berputra

– Margono, berputra

– Sumitro, berputra

– Prabowo Subianto

 

“Itu artinya Prabowo turun kelima dari Banyakwide,” ujar Ravie menegasakn.

 

Wasiat Makam dalam Babad Diponegoro

Ravie turut menyinggung usulan Prabowo untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro. Ia menilai hal itu tidak bertentangan dengan babad atau naskah kuno Diponegoro.

“Terkait berita Pak Prabowo yang ingin memindahkan makam Pangeran Diponegoro sebenarnya kalau kita liat di babad Diponegoro juga tidak berlawanan,” tutur Ravie.

Ravie mengutip naskah dalam Babad Diponegoro mengenai wasiat pemakaman jika ia mati di tangan Belanda.

 

Pupuh XLIII Maskumambang 69,70,71

  1. Pan wus yekti lamun hora nanang maning, jaba pinatenan, hingsun tan sedya gumingsir, nanging sun mekas mringsira.

  2. Lamun mati pan niki kunarpa mami, sira hulihena, marang jimat tan sebab dening, tunggal lawan garwaningwang.

  3. Jenderak Dhekok tan saged tumenga hiki, hesmu sanget sabarang kaweleh sami, dadya tumungkulkewala.

Artinya :

(69) Jika memang tidak ada lagi jalan, saya dibunuh, saya tidak akan mau tunduk, tetapi saya berpesan kepada anda. (70) Jika saya mati, pulangkan (kuburkan) saya di pajimatan (makam raja-raja Mataram Imogiri) agar biar bersatu dengan istri saya. (71) Jendral De Kok tidak bisa mengangkat wajah dan semua kemudian tertunduk malu

Masih dalam lanjutan Babad tersebut, kata Ravie, pihak Belanda yang malu akhirnya mengajukan pertanyaan ke Pangeran Diponegoro, yakni apa yang dia inginkan.

Ia mengungkap Pangeran Dipoengoro minta untuk naik haji dan disiapkan kapal serta sejumlah bekal termasuk uang tentunya untuk naik haji.

Namun, permintaan itu tak kunjung terealisasi karena menunggu keputusan Ratu Belanda yang tak kunjung datang.

Pangeran Diponegoro pun tutup usia.

“Dengan dipindah mungkin efeknya positif dalam hal mengobarkan bara nasionalisme khususnya di wilayah di mana Pangeran Diponegoro berasal dan mungkin baik juga jika pahlawan lain misal Cut Nyak Dien, dan lain-lain yang diasingkan juga dipindah di tempat beliau berasal agar selalu menyatu jiwanya dengan masyarakat,” jelas dia.

 

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *