Status Gunung Slamet Waspada, Potensi Bisa Terjadi Erupsi Freatik – Liputan Online Indonesia

Camera 360

BANDUNG, liputanbangsa.com Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikan status aktivitas Gunung Slamet (3432 mdpl), Jateng satu tingkat dari Aktif Normal menjadi Waspada terhitung sejak Kamis 19 Oktober 2023 Pukul 08.00 WIB

Langkah itu tak terlepas dari peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang terletak di 5 wilayah.

Di mana Gunung Slamet mencakup Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan instrumen pencatatan terutama gempa vulkanik, ada desakan energi dari tubuh gunung yang tengah menuju kawah.

Potensinya, bisa memicu letusan.

“Betul, potensinya freatik, tekanannya diperkirakan masih naik jadi harus waspada bila sewaktu-waktu, bisa terjadi erupsi freatik,” kata Kepala PVMBG Badan Geologi Kemen ESDM, Dr Hendra Gunawan saat dihubungi.

Untuk itu, pihaknya meminta warga maupun pengunjung menghindari areal kawah puncak Gunung Slamet pada radius 2 Km.

Masyarakat setempat diharapkan tak pula termakan kabar tak jelas dari aktivitas gunung di barat Jateng itu.

Sebelumnya, peningkatan aktivitas vulkanik Slamet terjadi pada Maret hingga Agustus 2014.

Pada saat itu, terjadi erupsi yang menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah (tipe letusan strombolian).

Status Aktif Normal sendiri disematkan sejak 9 Oktober 2020.

Berdasarkan hasil pengamatan, sepanjang 1-18 Oktober 2023, gempa yang terjadi total tercatat mencapai 2.096 kali gempa hembusan, 3 kali gempa tremor harmonik.

Kemudian, 2 kali gempa vulkanik dalam, 12 kali gempa tektonik lokal, dan tremor menerus dengan amplitudo 0.2 – 6 mm (dominan 2 mm).

“Pada tanggal 18 Oktober 2023, terekam gempa tremor harmonik dengan durasi maksimum sekitar 1 jam 18 menit,” jelasnya.

Dia menyebut bahwa terekamnya gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang itu menunjukkan peningkatan hembusan dalam tubuh Gunung Slamet.

Dari tubuh gunung terindikasi pula terjadi pembengkakan.

Deformasi ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Slamet.

Dengan adanya inflasi pada stasiun Tiltmeter Bambangan yang merupakan stasiun tiltmeter terdekat dengan puncak, jelasnya, memperlihatkan pula tekanan telah bergerak menuju puncak Slamet atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya.

“Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan di bawah tubuh Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi freatik,” jelasnya.

Meski kemungkinan lebih kepada erupsi freatik, potensi ancaman bahaya Slamet mencakup pula erupsi magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 2 Km.

Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *