Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, Ajak Masyarakat Tanam Mangrove dan Buat Penahan Gelombang

ByRedaksi

18 Oktober 2022
Ferry, di Semarang, Selasa (18/10).

Semarang-Liputauanbangsa.com- Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono mengajak semua komponen masyarakat Jateng untuk bahu membahu melakukan gerakan bersama guna mencegah pengikisan tanah daratan dari ancaman gelombang pasang air laut.

Untuk mencegah hal tersebut, abrasi atau proses pengikisan tanah akibat gelombang pasang air laut di daerah Pantai Utara Jawa Tengah dari tahun ke tahun kian meluas. Jika tidak segera ditanggulangi, dikhawatirkan kota-kota di sepanjang pantura akan tenggelam oleh naiknya gelombang pasang air laut tersebut.

Data terakhir dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyebut abrasi yang terjadi di wilayahnya kini mencapai 7.957 hektar. Cakupan abrasi ini diperkirakan terus bertambah, mengingat daratan di sejumlah daerah pesisir utara terus tergerus air laut.

”Ada tiga cara untuk mencegah abrasi pantai, yakni menanam tanaman bakau (mangrove), menjaga kelestarian terumbu karang dan membangun penahan gelombang”.Pungkas Ferry.

“Adanya pohon mangrove, terumbu karang dan penahan gelombang ini dapat menahan dan memecah gelombang, sehingga dapat mengurangi resiko terjadi abrasi pantai,” kata Ferry, di Semarang, Selasa (18/10).

Politikus Partai Golkar ini menjelaskan penurunan tanah dari tahun ke tahun yang disertai peningkatan pasang air lain ini menjadi pemicu terjadi abrasi pantai di wilayah Jateng.  Dari kalkulasi, wilayah pesisir di Jateng yang hilang dampak abrasi mencapai 7.957,89 hektar.

 

Dari angka itu, lanjut dia, Kabupaten Brebes tercatat sebagai daerah paling parah mencapai 2.391,95 hektar, disusul Demak 2.218,23 hektar dan Semarang 1.919,57 hektar.

Dari informasi yang diterimanya, kata Ferry, penurunan tanah terbesar terjadi di Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian antara 2015 hingga 2020, di wilayah Ibu Kota Provinsi Jateng terjadi penurunan tanah antara 0,9 – 6 centimeter per tahun.

“Sedangkan di Pekalongan, penurunan tanah mencapai 0-11 centimeter,” tuturnya.

Ferry menyebut dari pengamatan Bapennas, perairan Jawa mengalami peningkatan 0,8 sentimeter per tahun, penurunan tanah banyak terjadi karena pembangunan di wilayah pesisir serta pengambilan air tanah berlebihan.

Bappenas menyebut beberapa tempat di pesisir pantura yang mengalami penurunan muka tanah antara lain, Bekasi, Tangerang, Jakarta, Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Anggota legislatif asal daerah pemilihan dari Kabupatan Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Kebumen ini tidak menampik terjadinya peningkatan abrasi secara besar-besaran merupakan akibat dari ulah manusia.

“Salah satunya adanya ketidakseimbangan ekosistem laut, di mana terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia terhadap kekayaan sumber daya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota lainnya,” ujar Ferry.

Dia meminta masyarakat agar tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan alam dan berpotensi menimbulkan bencana alam.

Selain itu, Ferry meminta aparat penegak hukum agar memberi hukuman berat bagi pelaku perusakan lingkungan alam, karena ulah mereka bisa membuat kerugian harta benda, bahkan nyawa sesamanya.

Ferry mengapresiasi langkah Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta yang mengajak masyarakat untuk bergotong-royong, membangun tanggul darurat dari bambu di wilayahnya. Pembangunan tanggul darurat bambu diyakni dapat mencegah meluasnya abrasi di Pantai Bondo, Blok Kropak, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Jepara.

“Adanya tanggul dari bambu ini menimal dapat menghalau air laut agar tidak masuk ke wilayah pertanian. Kalau tidak ada penahan gelombang pasang, air laut bisa langsung menerjang ke lahan-lahan pertanian milik warga, sehingga bisa membuat kalangan petani gagal panen,” ujarnya.

Ferry menyatakan DPRD Jateng akan senantiasa mendukung gerakan masyarakat untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan alam maupun akibat ulah manusia. Dia berharap aspirasi warga nelayan untuk memiliki penahan gelombang pasang yang permanen, yang bisa mengantisipasi ancaman gelombang pasang yang lebih besar dapat didengar pemerintah daerah.

“Mumpung ancaman gelombang pasang belum besar, saya berharap pemkab setempat segera membangun penahan gelombang yang permanen, agar masyarakat setempat menjadi nyaman dan tidak terlalu khawatir jika terjadi gelombang pasang,” paparnya. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *