Warung Bu Spoed Jadi Langganan Sultan Jogja, Berdiri Sejak 1920! – Liputan Online Indonesia

YOGYAKARTA, liputanbangsa.comDi Jogja ada warung makan legendaris yang berdiri sejak 1920.

Namanya Bu Spoed yang jadi langganan banyak tokoh terkenal, termasuk sultan Jogja sejak zaman dulu.

Warung Bu Spoed berlokasi di Jalan Ibu Ruswo No.32, Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja.

Warung makan ini menyediakan berbagai macam menu makanan rumahan, mulai dari oseng tempe, empal, hingga terik daging sapi yang menjadi menu favorit sejak awal berdiri.

Tepat di samping pintu masuk, terdapat nomor antrean yang harus diambil para pelanggan sebelum masuk.

Setelah nomor antrean dipanggil, para pelanggan bisa masuk ke dalam warung dan memilih menu makanan yang diinginkan.

Pemilik Warung Bu Spoed generasi ke-4, Sari Dwijayanti (35) menyebut warung ini pertama kali dibuka pada 1920 silam.

Warung ini semula berada di sekitar Pojok Beteng Lor Wetan, kemudian pindah ke Jalan Ibu Ruswo pada tahun 2020 karena ada revitalisasi Benteng Keraton Jogja.

“Tempat yang dulu sudah nggak ada, terkena gusur, awalnya dari tahun 1920 di situ,” ujar Sari.

Dia menyebut warung makan ini dikelola secara turun-temurun. Foto-foto pendiri dan generasi pengelola Warung Makan Bu Spoed itu pun dipajang di dinding.

“Generasi pertama itu eyang buyut saya, Ibu Spoed. Kalau foto yang di depan itu (tempat menu makanan berjejer) ada nenek saya, Ibu Maryati. Terus Ibu Maryati itu punya anak 4, yang pertama itu Ibu saya, Ibu Eli, yang menjadi generasi ke-3. Setelah itu, beralih ke saya, generasi ke-4,” ucapnya.

Sari menerangkan layanan dengan sistem nomor antrean dilakukan untuk menertibkan pembeli. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi saling serobot antar pembeli.

“Sejak pindah ke sini kita pakai nomor antrean, dulu nggak,” ujarnya.

Saat ini Warung Makan Bu Spoed masih melayani pembelian secara offline. Hal ini karena terbatasnya jumlah karyawan dan menghindari bentrok pesanan dari toko offline dan online.

“Sebenarnya kita mau (membuka toko online), tapi ternyata sering bentrok. Misalnya kita ngeluarin menu nih, oseng tempe atau teri daging, saya itu kan buka online cuma via WhatsApp. Orang pesen ke kita, pick up-nya bisa pakai Gosend atau Goshop. Saya itu udah bikin akun juga di gojek, misalnya ada tuh menu teri daging, dan di sini antrean lagi penuh dan menu itu habis, kan nggak lucu ya baru dibuka di Gojek eh udah tutup lagi. Kayaknya belum bisa kalau online, tempur sama yang antre di sini,” jelasnya.

Mulanya warung makan ini hanya melayani pembelian dengan sistem bungkus.

Namun, lambat laun, setelah generasi ketiga, warung juga menyediakan layanan makan di tempat.

Hal ini juga berdampak pada perubahan jam buka warung makan. Kini warung makan ini buka mulai pukul 08.00 WIB-15.00 WIB.

“Kalau Ibu saya, buka jam 10.00 WIB sampai sore. Nah, setelah pindah ke sini, banyak diprotes orang. Katanya jam 10.00 WIB itu nanggung, mau makan siang tapi belum enak ya, mau makan pagi juga kesiangan. Kita ngumpulin pendapat-pendapat dari pelanggan dan akhirnya buka jam 08.00 WIB sampai jam 15. 00 WIB,” lanjutnya.

 

Menu Favorit di Warung Bu Spoed

Sari mengatakan ada beberapa menu yang masih terus dibuat hingga sekarang.

Di antaranya seperti terik daging, empal, lombok kethok, sambal goreng, oseng tempe, dan oseng tahu.

Tidak hanya itu, saat ini menu yang dihidangkan juga terus bertambah dan semakin variatif.

“Kalau lengkapnya itu lengkap sekarang, dulu itu mungkin karena orang-orang juga kalau beli lauk seadanya dan kalau kita tarik ke tahun 1920, dulu itu menunya terbatas, ada terik daging, empal, lombok kethok, sambal goreng, oseng tempe, dan oseng tahu,” ujar Sari.

“Menu yang dulu masih ada, seperti teri daging, empal, cuma kalau untuk lombok ketok itu kita selang-seling karena kadang-kadang orang nunggu menu spesial kan. Nggak semua orang juga familiar dengan lombok ketok,” sambungnya.

Sari menjelaskan semua resep masih dipegang oleh pemilik sehingga karyawan hanya memasak dan menyajikan saja.

Tak hanya masakan sendiri, Warung Bu Spoed juga menyediakan aneka snack titipan.

“Kalau di sini itu 99 persen (masakan) kita bikin sendiri, kecuali mungkin titipan-titipan kayak snack. Kalau snack yang kita bikin sendiri itu ada pisang goreng dan bakwan jagung udang, selain itu, titipan. Masaknya di sini, kalau masak itu mulai dari setengah 05.30 WIB, nanti jam 08.00 WIB masakan harus sudah ada di depan semua,” tuturnya.

Eksis sejak 103 tahun lalu, Warung Makan Bu Spoed berupaya mempertahankan resep turun temurun.

Aneka bumbu yang diresepkan sesuai dengan takarannya untuk menjaga citarasanya.

“Resep masih pakai yang lama, kita nggak yang nambahin atau ngurangin bumbu juga. Soalnya Mbah itu dari dulu udah ngasih pesan, mau bumbu itu mahal, mau bumbu itu murah, nggak boleh ada yang dikurangin buat ngejaga rasa,” jelasnya.

Begitu pula dari cara memasaknya yang masih tradisional memakai tungku api dan arang. Sari mengaku rasanya jauh lebih enak apabila terus dimasak dengan cara tradisional.

Warung Makan Bue Spoed Legendaris Berusia 1 AbadBerbagai pilihan lauk yang menggugah selera. Foto: dok. Warung Makan Bu Spoed

“Kita juga memasaknya masih pakai tungku. Kalau orang yang paham kulineran akan terasa bedanya, lebih enak menggunakan tungku ini. Maka dari itu saya tetap menggunakan tungku dan arang ini,” ujarnya.

Saat LiputanBangsa.com mencicipi terik daging yang menjadi favoritnya, rasanya sangat lezat dengan bumbu yang meresap dan terasa manis.

Dagingnya yang lembut dan empuk membuat makanan ini sangat mudah dimakan.

Tak hanya itu, orek tempe dan sayur terong menjadi pelengkap menu yang dicoba dan mampu memberi kesan masakan rumah yang sudah mulai sulit ditemui.

Rasanya enak, bumbunya meresap dan rata, serta harganya terjangkau.

 

Langganan Seniman hingga Sultan Jogja

Sari juga membagikan cerita pembeli yang kini menjadi langganan Warung Bu Spoed. Sari mengaku banyak tokoh terkenal mulai dari artis hingga pejabat yang jajan di warungnya.

“Justru pelanggan sini itu orang-orang yang sudah punya nama, kayak Hamengku Buwono IX, seniman Pak Butet Kertaradjasa, Titiek Puspa, DPR Jogja juga pelanggan kita. Kadang yang punya restoran Pacific yang di Jalan Magelang juga ke sini, yang punya Pelem Golek juga makannya di sini,” ujarnya.

Sari lalu membagikan salah satu cerita dari neneknya. Kala itu Sri Sultan berniat untuk memborong makanan yang dijual di Warung Bu Spoed namun tidak diizinkan oleh neneknya.

“Ini cerita dari nenek saya ya, waktu itu Ngarsa Dalem pengen borong masakan Bu Spoed, ada tempe bacem, tahu bacem, dan terik daging. Tangan kanannya itu langsung masuk tuh nemuin simbah saya, tapi sama simbah ditolak. Bukan berarti menolak permintaan Raja gitu aja, saat itu pelanggan simbah saya lagi banyak, mungkin malam itu ada pelanggan dari Jalan Kaliurang, luar kota, kan kecewa ya udah jauh-jauh. Akhirnya dia (tangan kanan HB) harus pesan dulu dan baru dapat,” ucapnya.

Salah satu pelanggan, fotografer Angki Purbandono mengaku sering jajan di Warung Bu Spoed sejak mahasiswa.

Menu masakan favoritnya yakni garang asem dan ayam rempah.

“Saya sering ke sini, hampir habis antar anak sekolah atau siang ke sini. Sebetulnya sudah dari awal, sebelum warung ini berubah, dari antara tahun 2007 atau 2009, setelah itu saya jarang. Nah, baru setahun atau dua tahun ini lah saya balik lagi ke sini. Saya suka makanannya karena lokal, banyak pilihan, dan bukan hanya rames tapi bumbunya spesifik, terutama yang paling favorit itu garang asem dan ayam rempah, susah dilupakan rasanya,” ucap Angki yang sedang sarapan ayam rempah ini.

Angki mengatakan anaknya sangat menyukai kremesan ayam Bu Spoed.

“Ke sini sama anak dan istri, anak saya juga suka kremesan ayam, dia mau makan kalau ada kremes,” pungkasnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *