Wisata Budaya di Curugsewu : Mengenal Tradisi Padusan dan Jamasan Pusaka Nusantara – Liputan Online Indonesia

KENDAL, liputanbangsa.com Ada dua tradisi yang digelar tiap tahun di destinasi wisata Curugsewu di Kecamatan Patean Kabupaten Kendal.

Dua tradisi dimaksud adalah tradisi Padusan dan Jamasan Pusaka Nusantara.

Tradisi Padusan digelar seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan, sedangkan tradisi Jamasan Pusaka Nusantara digelar tiap tanggal 10 Syuro.

Kepala Destinasi Wisata Curugsewu, Aryo Widiyanto mengatakan, dua tradisi ini sudah menjadi agenda rutin tiap tahun.

Harapannya bisa menjadi daya tarik wisatawan dari luar daerah.

“Selain dua tradisi itu, di Curugsewu juga banyak kegiatan seni budaya atau kegiatan lain yang diadakan oleh instansi atau komunitas,” katanya.

Tradisi Padusan

Tradisi Padusan atau mandi di air terjun Curugsewu dilakukan oleh masyarakat setempat tiap menjelang bulan suci Ramadhan.

Tradisi Padusan biasanya dilakukan masyarakat setempat secara bersama-sama, juga diikuti pegawai Curugsewu dan beberapa komunitas di Kecamatan Patean.

Tujuan Padusan ini untuk membersihkan diri, karena menyambut bulan yang suci dengan harapan agar bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan baik.

Warga setempat biasanya datang bersama-sama keluarga.

 

Festival Jamasan Pusaka Nusantara

Jamasan Pusaka adalah tradisi membersihkan benda pusaka, seperti keris, tombak dan benda pusaka lainnya. Tradisi Jamasan Pusaka ini dilakukan secara bersama-sama para pemilik benda pusaka tiap tanggal 10 Syuro.

Tradisi Jamasan Pusaka tidak hanya diikuti para pemilik benda pusaka di Kabupaten Kendal, namun banyak juga dari daerah lain, seperti Batang, Temanggung dan Semarang.

Pada tradisi Jamasan Pusaka juga digelar pameran benda pusaka, sehingga menjadi Festival Jamasan Pusaka Nusantara.

Aryo menjelaskan, ritual penjamasan benda pusaka dilakukan di Pendopo Curugsewu, dengan mengambil air khusus dari Tuk Lanang atau Curug 1.

Pengambilan air khusus dari Tuk Lanang, karena dipercaya sebagai tempat untuk membersihkan senjata pusaka pasukan Pangeran Diponegoro.

“Di tempat itu dijadikan tempat persembunyian pasukan Pangeran Diponegoro, yang pada waktu menjamas seluruh senjata pusaka di Tuk Lanang,” katanya.

Kepala Bidang Pariwisata, Disporapar Kendal, Ahmad Syahrul Falah mengatakan, tradisi Padusan dan Festival Jamasan Pusaka Nusantara bisa menjadi daya tarik wisatawan.

Oleh karena itu, tradisi ini akan dikemas lebih menarik lagi. “Tradisi itu akan dikemas lebih menarik, supaya pesertanya dari daerah lain semakin banyak.

Syahrul mengatakan, Destinasi Wisata Curugsewu sangat representatif untuk kegiatan berskala nasional.

Pasalnya sudah dilakukan dengan fasilitas pendukung yang memadai. Wisatawan bisa mendirikan tenda atau menginap di home stay milik warga sekitar.

“Harapan ke depan makin banyak kegiatan berskala nasional agar Curugsewu makin banyak pengunjung dari daerah luar Kendal,” harapnya.

 

(lb/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *