liputanbangsa.com – Berlanjutnya perang antara Rusia dengan Ukraina sampai saat ini, membuat Sekretasis Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mendesak Jerman dan negara-negara sekutu untuk mengirimkan tank tempur dan persenjataan canggih ke Ukraina.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius di Berlin, Stoltenberg mengatakan, “Pada momen genting dalam perang ini, kita harus menyediakan senjata yang lebih berat dan lebih canggih ke Ukraina. Kita harus segera melakukannya,” ujarnya.
Pemimpin NATO ini mengatakan negara-negara sekutu harus meningkatkan dukungan militer kepada Ukraina, karena Rusia sedang mempersiapkan serangan baru.
“Tank tempur tentu saja penting untuk menghadapi serangan baru Rusia, tetapi penting pula bagi Ukraina agar bisa merebut kembali wilayah mereka dan menang sebagai negara merdeka dan berdaulat di Eropa,” tuturnya.
Sekretaris Jendral Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu juga telah berdiskusi dengan Pistorius, mengenai upaya Jerman mengirimkan tank tempur Leopard ke Ukraina yang belum ada kepastian hingga saat ini.
Sementara itu, Jerman dikonfirmasi sedang melakukan pembicaraan dengan negara-negara sekutu mengenai kemungkinan pengiriman tank Leopard ke Ukraina. “Soal tank Leopard, tidak ada informasi baru,” katanya.
Diskusi mengenai ketetapan pengiriman tank masih berlangsung dan Menhan Jerman meminta negara-negara Eropa lain yang memiliki tank Leopard buatan Jerman dapat memulai misi pelatihan militer di Ukraina.
“Kami mendorong mitra-mitra kami, jika mereka memiliki Lank Leopard, mereka dapat mulai melatih militer Ukraina. Kami tidak akan menghalangi itu,” jelasnya.
Di balik tekanan yang diterima Jerman untuk menyediakan tank tempur Leopard 2 ke Ukraina, Olaf Scholz masih memiliki keraguan untuk melakukannya, karena khawatir adanya konflik yang makin meluas dengan Rusia.
Dua negara yang telah memberikan pernyataan kesiapan mereka untuk membantu Ukraina dalam bentuk pengiriman tank Leopard 2, yakni Polandia dan Finlandia. Namun, kedua negara tersebut masih menunggu persetujuan Jerman sebagai negara pembuat sebelum senjata tersebut diserahkan ke Ukraina. (afifah/lbi)