liputanbangsa.com – Pria asal Singapura, Jacky Tan memiliki hobi menarik dan unil yang berhubungan dengan kuliner, yakni mencoba menu KFC di berbagai negara hingga keliling dunia.
Hobinya tersebut didasari oleh kecintaannya terhadap kuliner ayam internasional tersebut. Bisa dibilang, pria berusia 42 satu tahun ini merupakan penggemar berat KFC, seperti dikutip dari detikFood yang melansir Yahoo News belum lama ini.
Sejak tahun 2005 hingga saat ini ia menjalankan hobinya tersebut, sudah lebih dari seribu menu KFC di dunia telah dicicipi oleh Jacky. Tak hanya sekadar makan saja, ia juga mengamati rasa makanan di setiap KFC di negara-negara yang dikunjunginya.
Menu makanan di KFC Mongolia lah dinilai oleh pria yang berprofesi sebagai konsultan itu terasa paling enak.
“Rasa ayam goreng originalnya di KFC Mongolia benar-benar enak. Ada rasanya yang unik, dan teksturnya juga enak,” ungkap Jacky.
Ia juga memberikan penilaian kepada KFC di Barcelona, Spanyol yang memiliki rasa paling buruk diantara menu KFC yang pernah ia coba. Penilaian tersebut didasari oleh rasa ayam gorengnya yang hambar dan bertekstur alot seperti sedang memakan karet, menurutnya.
Sedangkan, ia memberikan peringkat ke-7 dari 24 negara lainnya untuk KFC di negaranya, yakni Singapura. Jacky mengaku hanya menilai dari ayam goreng originalnya saja agar penilaian tersebut konkret. Dirinya juga mencoba beragam menu lainnya di setiap KFC.
KFC di Afrika Selatan, Sri Lanka dan Indonesia terdaftar sebagai KFC yang paling enak setelah Mongolia, menurutnya. Sedangkan, KFC Australia dan Hong Kong berada di urutan terbawah selain Spanyol.
“Saya menilainya dari rasa ayam gorengnya, kesegaran ayam tersebut, tekstur renyahnya dan aromanya. Saya juga sering menilai kembali daftar-daftar ini,” pungkasnya.
Jacky mengaku dirinya giat menabung untuk bisa melanjutkan hobinya mencicipi KFC ini, karena memang ia tak berasal dari keluarga kaya.
Sebagai informasi, sebelum Jacky Tan yang mengoleksi review KFC nya, ada David Geyer asal Jerman yang selalu makan burger di McDonald’s, dan sudah menghabiskan uang sekitar Rp 780 juta selama 20 tahun lamanya. (afifah/lbi)