Rejenu Japan Kudus Punya Wisata Religi Makam Syech Sadzali hingga Objek Wisata Air Tiga Rasa

ByRedaksi

25 Agustus 2023
Wisata Religi Makam Syech Sadzali hingga Objek Wisata Air Tiga Rasa

Kudus, Liputanbangsa.com – Wisata Religi Makam Syech Sadzali dan Objek Wisata Air Tiga Rasa berlokasi di dukuh Rejenu Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Kedua lokasi tersebut berada tepat di atas Air Terjun Monthel. Rute menuju keduanya dari pusat kota Kudus yakni dengan melajukan kendaraan dari Jl. Colo hingga akhirnya tiba di Desa Japan.

Sudah tersedia papan petunjuk jalan yang akan mengarahkanmu menuju Air Tiga Rasa Rejenu. Dan estimasi waktu perjalanannya sekitar 40 menit.

Dari tempat parkir Sunan Muria, akses jalan menuju Air Tiga Rasa sekitar 3 km. Karena akses jalan yang tak begitu lebar, maka sebaiknya menggunakan kendaraan roda dua.

Demikian dikatakan Ketua kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Paridjotho di Desa Japan, Didik Sedyanto melalui wakilnya Restu kepada media ini.

Wisata Religi Makam Syech Sadzali hingga Objek Wisata Air Tiga Rasa
Wisata Religi Makam Syech Sadzali hingga Objek Wisata Air Tiga Rasa

Sejarah Wisata Religi Makam Syech Sadzali

Dilansir dari https://desawisatajapan.com , Nama Syekh Hasan Sadzali ada pula yang menyebutnya dengan nama Syekh Abu Hasan Sadzali seakan akrab di telinga warga di sekitar lereng Gunung Muria dia diyakini adalah salah satu ulama besar dalam menyebarluaskan agama Islam di sekitar lereng gunung tersebut.

Menurut cerita warga di kompleks Rejenu, Pegunungan Muria, Syekh Hasan Sadzali adalah seorang ulama yang berasal dari Timur Tengah tepatnya Baghdad Irak. Dia berkelana untuk sampai ke Tanah Jawa untuk menyiarkan agama Islam.

Makam Syekh Sadzali hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari makam Sunan Muria. Karenanya orang banyak mengaitkannya dengan salah satu tokoh Wali Songo tersebut. Menurut Sukarno Ichsan, pengurus makam pernah bertanya soal jati diri Syekh Sadzali kepada Mursyid Thariqah Syadziliyyah, Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Yahya yang berdomisili di Pekalongan, Jateng. Menurut Habib Luthfi, Syekh Sadzali lebih dulu mensyiarkan Islam dibanding Wali Songo.

Jarak antara Syekh Sadzali dengan Wali Songo sekitar satu abad. Bahkan menurut Habib Luthfi, Syekh Sadzali merupakan guru Sunan Muria.

 “Kalau Wali Songo abad 14 atau 15, maka Syekh Sadzali 100 tahun sebelumnya. Dulu warga pernah menemukan batu bata kuno di area sekitar makam Syekh Sadzali yang diperkirakan dari abad 12 atau 13. Batu bata itu diduga kuat merupakan bagian dari musala yang dibangun Syekh Sadzali ,” katanya.

Wisata Religi Makam Syech Sadzali hingga Objek Wisata Air Tiga Rasa

Objek Wisata Air Tiga Rasa Salah satu Karomah Syech Sadzali

Salah satu karomah Syekh Hasan Sadzali adalah tiga mata air yang yang mempunyai rasa berbeda. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Air Tiga Rasa Rejenu. Tiga mata air tersebut terletak di dekat makam Syekh Hasan Sadzali di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, tepatnya di atas Air Terjun Monthel.

Air tiga rasa itu dulu digunakan untuk wudhu Syekh Sadzali. Air itu tidak pernah surut baik musim hujan maupun kemarau panjang dan itu merupakan bagian dari karomah wali. Dan jika diambil airnya rasanya tidak akan pernah hilang sampai berbulan-bulan.

Konon sumber mata air pertama mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa : anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat mengobati berbagai penyakit. Sumber mata air kedua mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “Sprite” yang bekhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup. Sedangkan sumber mata air ketiga mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak / arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan mengenai rasa tiga mata air, diketahui secara alamiah rasa tersebut muncul kerena telah tercampur dengan getah dari akar pohon-pohon yang ada di atasnya, sehingga bisa menimbukan rasa yang bermacam-macam. Namun anehnya di samping mata air rasa tersebut juga terdapat air yang biasa digunakan untuk wudlu tetapi rasanya tawar.

Makam Syekh Sadzali mulai ramai diziarahi masyarakat sekitar tahun 80an dan jalan menuju kesana pada waktu itu masih berupa semak-semak belukar. Kemudian mulai dibangun jalan dan bisa dilalui kendaraan roda dua. Sehingga para peziarah bisa sampai ke makam tersebut dengan menggunakan jasa ojek. Seperti makam-makam wali yang lain, dimakam Syeh Sadzali terdapat sebuah tradisi yang di laksanakan setiap setahun sekali yaitu ‘Bukak Luwur’.

Bukak Luwur adalah tradisi mengganti selambu putih (mori) yang menyelimuti seluruh makam. Bukak Luwur Syekh Sadzali dilaksanakan pada 25 Syura. Karena tanggal tersebut telah menjadi kesepakatan para tokoh masyarakat atas petunjuk dari para kiai/ulama’ besar.

Pada acara khaul/Bukak Luwur tersebut diadakan berbagai kegiatan seperti halnya pengajian, khatam Alqur’an, tahlil, kenduren nasi tumpeng. Uniknya kelambu atau kain putih bekas penutup makam tersebut menjadi rebutan masyarakat karena untuk mendapatkan “berkah” dari Syekh Sadzali. Masyarakat meyakini bahwa doa dari para peziarah menempel pada kain luwur tersebut. (oke/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *