Sandiaga Uno Yakin Industri Film Indonesia Bisa Mendunia – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno beri apresiasi tim produksi film ‘Setelah Kita Menangis’ dan ‘Pabaruak’ karena menghasilkan karya luar biasa.

Menurut Sandiaga, karya dihasilkan oleh sang sutradara layak dibawa ke kancah dunia.

“Kami ingin memberikan apresiasi kepada kedua Film Terpilih Festival Film Bulanan lokus 6. Bangga sama kreator film pendek tanah air yang sudah menghasilkan karya yang baik dan disiapkan untuk dibawa ke kancah internasional,” kata Sandiaga seperti dikutip dalam keterangan diterima, Senin (24/7/2023).

Sandiaga menambahkan, kedua film tersebut menjadi bukti bahwa pelaku kreatif di Indonesia punya bakat yang luar biasa di tingkat global.

Sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, lanjut dia, kedua film terpilih akan diganjar hadiah.

“Mereka akan mendapat sertifikat, suvenir, kesempatan mengikuti workshop perfilman, dan menjadi nominasi di malam penganugerahan Festival Film Bulanan yang diselenggarakan pada bulan Desember,” ungkap Sandiaga.

Sandiaga menambahkan, sebagai bagian dari eksibisi maka akan ada penayangan poster digital di sejumlah area Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Termasuk, penayangan film di acara ‘Sinema Keliling’, bioskop maupun media Over The Top (OTT).

Sandiaga berpesan, kepada para sineas yang berada di Kalimantan agar mempersiapkan diri karena pendaftaran Lokus 7 akan dibuka pada tanggal 2 Agustus mendatang dengan mengakses akun Instagram @festivalfilmbulanan dan website terkait.

Dia berharap kehadiran Festival Film Bulanan ini bisa menjadi motivasi bagi para kreator film pendek di Indonesia.

“Kami optimis, pemanfaatan peluang yang tepat sasaran dan waktu, tidak hanya memberikan dampak positif bagi pembukaan lapangan kerja baru, tetapi juga mendorong kebangkitan industri ekonomi kreatif Indonesia. Karena mahakarya akan selalu menemukan jalannya,” Sandiaga menandasi.

 

2 Film Terpilih

Sebagai informasi, sebanyak dua film terpilih dalam Festival Film Bulanan Lokus 6.

Kedua film terpilih, adalah ‘Setelah Kita Menangis’ karya Sutradara Fani Atma Wijaya asal Palembang dan ‘Pabaruak’ karya Sutradara Indah Septy Elliyani asal Batusangkar, Sumatra Barat.

Salah satu tim kurator, Rahma Guntari mengapresiasi karya para peserta. Dia menilai, kadidat dalam ajang Lokus 6 bagus-bagus dan lebih bersiap dari semua sisi.

“Dari segi cerita seperti gagasan, storytelling, dan voice-nya sudah prepare dengan baik. Beberapa film juga seperti sudah tahu mau dibawa untuk ke ajang festival luar negeri”, ujar Rahma.

Rahma berpendapat, film-film yang terpilih adalah film nan dapat dinikmati. Terutama soal ide cerita tergambar dari visualnya.

“Baik itu dari narasinya, estetikanya, dan storytelling-nya,” ucap Rahma.

Satu suara dengan Rahma Guntari, kurator Mohamad Ariansah yang juga sebagai Dosen Film dan Televisi serta Resensator Film menyampaikan, lokus 6 ini lumayan oke dan jauh lebih baik dibandingkan lokus sebelumnya.

“Jauh dibandingkan sama bulan lalu. Kalau nyari film untuk dibawa ke luar negeri, dari lokus ini lumayan oke,” ujar pria karib diapa Ale ini.

Menurut Ale, cara penyampaian ceritanya kedua film terpilih termasuk canggih. Dia mengaku menyukai Pabaruak sebab level storytelling nya sudah bukan lagi masuk ke fisik tapi metafor dan ironi gitu.

“Buat aku canggih cara penyampaian ceritanya,” tutur Ale.

Sementara untuk film ‘Setelah Kita Menangis’, Ale mengungkapkan tim produksi memiliki kekuatan di pengadeganan.

Kesadaran bagaimana di dalam visual bukan hanya bicara kekuatan tentang kamera saja, kekuatan editing saja.

“Koreografi pemain di-setting sedemikian rupa dan relasi antar karakternya baik”, ungkap Ale.

 

Pemenang Punya Ciri Khas Tersendiri

Sutradara dan Penulis Skenario, Rahabi Mandra, yang menjadi kurator ketiga di ajang ini menyatakan kedua film ini memiliki keunggulan tersendiri.

“Mereka memiliki kaidah-kaidah visual dan penggunaan audio yang baik. Lalu bagaimana mereka mencoba men-challenge secara teknis tentang pembuatan film bahwa ada perspektif, kita bisa main foreground, main tengah, main background, itu bisa dimainkan lagi,” puji Rahabi.

Rahabi meyakini, stage itu bukan cuma tentang editing doang tapi ada staging an action itu bisa lebar. Kemudian men-challenge lagi bahwa kita bisa menggunakan binatang.

“Itu enggak mudah juga untuk men-direct binatang. Jadi capaian-capaian ini hanya bisa dihasilkan dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi. Saya rasa mereka melakukan itu dengan baik,” jelas Abi memungkasi.

(ar/lb)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *