Viral, Dianggap Jadi Rotasi Jabatan, Ini Alasan Mbak Ita Adakan Lomba Masak Nasi Goreng – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.com Baru-baru ini viral di media sosial khususnya di Kota Semarang mengenai nasi goreng.

Bukan karena resep ataupun kelezatan makanan khas Indonesia ini, nasi goreng dituding menjadi alasan rotasi jabatan Camat Gajahmungkur, Ade Bhakti Ariawan.

Sebelumnya Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau kerap disapa Mbak Ita melakukan rotasi yang melibatkan 349 pejabat, dari eselon 2 hingga eselon 4, dari kepala dinas, camat hingga lurah.

Termasuk salah satunya mantan Camat Gajahmungkur, Ade Bhakti Ariawan.

Kini Ade Bhakti menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang.

Banyak yang menduga dirotasinya Ade Bhakti diduga kerena masalah nasi goreng.

 

Diketahui sebelumnya demi menyambut HUT RI ke-78, Mbak Ita menggelar lomba nasi goreng yang pesertanya merupakan ibu-ibu PKK seluruh RT se Kota Semarang.

Ade Bhakti sendiri diduga kerap menyinggung nasi goreng dalam beberapa unggahan media sosialnya belakangan ini.

Pasca dimutasi, Ade Bhakti menganggap pemindahan jabatan ini sebagai refresh untuk dirinya dan ASN yang lain dalam pengabdian.

“Sesuai yang dikatakan Wali Kota Semarang, pemindahan ini untuk refresh, cuman ada penekanan terkait dengan beberapa hal tadi dan menjadi konsumsi, penekanan terhadap pejabat yang dilantik,” ujar Ade Bhakti.

Alasan Nasi Goreng Dijadikan Lomba

Rupanya ada alasan tersendiri Mbak Ita menyelenggarakan lomba memasak nasi goreng.

Melalui momentum tersebut, Mbak Ita ingin mempromosikan konsep ketahanan pangan, urban farming, keseimbangan gizi makanan dan penanggulangan stunting kepada masyarakat luas.

“Saya ini ingin menggerakkan agar ibu-ibu itu kembali lagi ke dapur. Caranya dengan mengadakan lomba masak yang mudah-mudah dulu. Nasi goreng siapa sih yang tidak mau,” terangnya.

“Dan dalam nasi goreng itu kan satu piring isinya ada macam-macam (lauk dan sayurnya). Dikolaborasikan dengan urban farming. Memanfaatkan pertanian perkotaan. Jadi,dalam susunan menu ada hasil urban farming apa. Pesannya selain memanfaatkan hasil tanaman di sekitar kita juga memasak itu mudah,” imbuh Mbak Ita.

Bukan lomba masak biasa, kriteria nasi goreng khas Mbak Ita harus menerapkan kaidah ‘Isi Piringku’ yaitu 1/3 nasi, 1/3 lauk, 1/6 buah, dan 1/6 sayur.

Isi Piringku adalah panduan gizi yang juga menjadi program nasional. Harapannya, para ibu peserta lomba nantinya akan menerapkan kaidah Isi Piringku ketika menyiapkan sajian untuk keluarga di rumah.

Tak hanya masakan, para peserta juga diharuskan membuat yel-yel yang nantinya di unggah ke Instagram.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *