9 Ciri Orang Tua Toxic, Salah Satunya Ketergantungan pada Anak – Liputan Online Indonesia

Mom Yells Showing Mistake in Daughters Homework. Little Dark-Haired Sad Child n Gray T-shirt Sits at Table next to Window Closes Ears when Parents Scolding in Room. Girl Has Probem with Homework.

liputanbangsa.comSetiap orang tua, tentu memiliki caranya masing-masing dalam mendidik anak.

Namun sayangnya, beberapa orang tua tidak sadar bahwa pola asuh mereka justru bersifat toxic, seperti pola asuh narsistik.

Orang tua narsistik biasanya melihat kemandirian atau kedewasaan anak sebagai ancaman, dan memaksa mereka untuk terus berada di bawah bayang-bayang orang tua dengan sebuah ekspektasi.

Dalam pola asuh dari orang tua narsistik, anak sering kali diabaikan atau jarang dicintai hanya karena menjadi dirinya sendiri.

Bagi mereka, keturunannya ada semata-mata untuk memenuhi kebutuhan egois mereka.

Untuk mengenali bagaimana orang tua narsistik itu, mengutip laman Psychology Today, Rabu (5/6), berikut ini adalah 9 ciri dari orang tua narsistik.

1. Menjadikan Anak sebagai Penerus Keinginan Pribadi Mereka

Orang tua pasti ingin anaknya sukses. Namun, orang tua yang narsistik menetapkan ekspektasi bukan demi kepentingan anak, tetapi demi pemenuhan kebutuhan dan impian egois mereka sendiri.

Alih-alih membesarkan seorang anak dengan pikiran, emosi, dan tujuannya yang didukung dan dihargai, keturunannya hanya menjadi penerus dari keinginan pribadi orang tua, sehingga individualitas anak menjadi berkurang.

 

2. Tidak Mau Disaingi Anak 

Beberapa orang tua narsistik merasa harga diri mereka terancam oleh potensi serta kesuksesan anak mereka. Akibatnya, orang tua yang narsistik dapat melakukan upaya untuk merendahkan anak, sehingga orang tua tetap superior.

 

3. Merasa Paling Istimewa

Banyak orang tua narsistik suka menunjukkan kepada orang lain betapa istimewanya mereka.

Mereka senang memamerkan apa yang mereka anggap sebagai kelebihan mereka, seperti harta benda, penampilan fisik, latar belakang, hingga pasangan atau keturunan.

Mereka akan berusaha keras untuk mencari perhatian dan sanjungan yang dapat meningkatkan ego mereka, terutama di media sosial.

Bagi sebagian orang tua narsistik, jejaring sosial merupakan sebuah wadah di mana mereka secara teratur mengiklankan betapa indah hidup mereka.

 

4. Manipulatif

Contoh dari tindakan manipulatif orang tua terhadap anak mereka, seperti guilt tripping atau membuat anak merasa bersalah, membandingkan anak-anaknya, hingga memberikan anak hadiah atau hukuman dengan tujuan memanipulasi.

Selain itu, bentuk umum dari sikap manipulatif orang tua lainnya adalah mereka memberikan cinta kepada anak sebagai hadiah bersyarat, bukan sebagai perasaan alami dari pola asuh yang sehat dan penuh kasih sayang.

 

5. Mengatur Hidup Anak

Beberapa orang tua narsistik sangat tegas dalam menentukan perilaku terhadap anak-anak mereka.

Salah satu penyebabnya adalah karena keinginan mereka untuk mengontrol anaknya. 

Mereka mengatur keturunannya pada hal-hal kecil dan bisa menjadi marah jika ada yang tidak sesuai atau menyimpang.

 

6. Mengabaikan Perasaan Anak

Selain itu, orang tua narsistik memiliki ketidakmampuan untuk memperhatikan pikiran dan perasaan anak mereka sendiri. 

Bagi mereka, yang penting hanyalah apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

 

7. Ketergantungan kepada Anak

Beberapa orang tau narsistik mengharapkan keturunannya untuk merawat mereka selama sisa hidup mereka. Jenis ketergantungan ini dapat bersifat emosional, fisik, maupun finansial. 

Meski tidak ada yang salah dalam merawat orang tua, orang tua yang narsistik biasanya memanipulasi anaknya untuk melakukan pengorbanan yang tidak masuk akal, tanpa memperhatikan prioritas dan kebutuhan anaknya sendiri.

 

8. Posesif

Karena orang tua yang narsistik sering kali berharap agar anaknya terus-menerus berada di bawah pengaruh mereka, mereka dapat menjadi sangat cemburu melihat tanda-tanda kedewasaan atau kemandirian anak ketika semakin beranjak dewasa.

Terutama saat tiba waktunya anak untuk memiliki pasangan. Mereka dapat dipandang sebagai ancaman besar yang sering kali ditanggapi dengan penolakan, kritik, atau bahkan persaingan.

Di mata orang tua narsistik, tidak ada pasangan yang cukup baik bagi anak mereka, dan tidak ada yang dapat menantang mereka untuk mendominasi anak mereka.

 

9. Mengabaikan Anak

Dalam beberapa situasi, orang tua narsistik dapat memilih untuk fokus, terutama pada kepentingan diri sendiri, yang bagi mereka lebih mengasyikkan daripada membesarkan anak.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *