El Nino Diprediksi Timbulkan Fenomena Krisis Pangan Hingga Rusaknya Infrastruktur di Indonesia – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.com – Di Indonesia dampak El Nino menyebabkan curah hujan berkurang dan kondisi kekeringan, bahkan berdampak pada ketahanan pangan, perusakan jalan, dan infrastruktur lainnya

Bagi masyarakat Indonesia, referensi dan pengetahuan terhadap fenomena El Nino apakah harus apatis atau harus empati dan peduli?

Untuk mempertahankan kedaulatan negara maka kondisi kekurangan pangan di Indonesia dikategorikan menjadi ancaman non-militer, maka pemerintah menghimbau masyarakat untuk bersama menyiapkan diri, terutama di sektor pangan.

Hal ini juga diterangkan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ir. Dyah Lukisari, M.Si, ia berharap ada usaha pengembangan pangan yang terintegrasi dalam suatu kawasan terpada untuk gerakan antisipasi El Nino, sehingga kekurangan pangan bisa digecah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ir. Dyah Lukisari, M.Si

“Kita harus mengkampanyekan ini kepada masyarakat supaya masyarakat juga tidak hanya peduli, namun juga turut andil berkesinambungan dalam mencegah krisi pangan di kemudian hari,” ujarnya dalam seminar BPSDMD pada Rabu, (12/7)

Pemerintah Jawa Tengah tengah berupaya menyiapkan kebijakan seperti menyediakan cadangan beras, kerja sama dengan lembaga terkait seperti Bulog, karena lembaga ini dipercayai untuk menyediakan stok dan stabilitas harga.

Di sisi lain, ketahanan ini memicu adanya gerakan inflasi, maka berbagai progam juga sudah disediakan pemerintah, yakni stabilitas harga pangan.

Dosen Fakultas Pertanian UNS Dr. Ir. Sumani, M.si saat menjelaskan dalam acara seminar pagi hari ini di gedung BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Rabu (12/7)

Dosen Fakultas Pertanian UNS Dr. Ir. Sumani, M.si mengatakan, sumber permasalahan utama dari perubahan iklim ini adalah meningkatnya populasi manusia, terutama di Indonesia.

Peningkatan populasi ini menyebabkan kerusakan lingkungan, krisis energi, krisis air bersih, dan krisis pangan. Pola konsumsi manusia saat ini cenderung lebih konsumtif atau berlebihan.

Dengan adanya fenomena perubahan iklim dapat mengurangi jumlah populasi keanekaragaman hayati.

“Perubahan iklim merupakan kendala atau tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan? Kalau kendala maka diterima apa adanya, tidak ada daya juang untuk mengantisipasi. Namun jika kita menganggap tantangan, maka kita akan berjuang menghadapi dan mengantisipasinya,”

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno, S.TP, M.M

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno, S.TP, M.M memaparkan gambaran fenomena El Nino 2023, dampak El Nino terhadap iklim dan cuaca di 2023, hingga prediksi kejadian El Nino 2023

Sukasno menjelaskan, seluruh kabupaten di wilayah Jawa Tengah 2023 semua sudah mulai memasuki musim kemarau. Mulai bulan Maret, April dan Mei.

Kriteri musim kemarau, curah hujan tidak lebih dari 50 mm. Kejadian hujan ada namun hanya beberpa hari saja.

“Di bulan Juli-Desember BMKG seluruh dunia memprediksikan kondisi akan hangat hingga akhir tahun 2023,” imbuhnya.

 

Puncak Kemarau 2023 di Wilayah Jawa Tengah

Dok. BMKG Jawa Tengah

Kejadian El Nino pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2019, dampaknya mengalami kekeringan ekstrem (kemarau panjang) dengan kriteria lebih 60 hari tidak hujan secara berturut-turut selama bulan Juli-Oktober.

Peringkat terataras Jepara 204 hari , diikuti klaten 199 hari, Kendal 198 hari.

Menurut data BMKG Jawa Tengah hingga 30 Juni 2023, peristiwa kekeringan hampir mirip di tahun 2019 hampir terjadi.

Di Kecamatan Ngadirojo (Wonogiri) menduduki peringat teratas, yakni selama  55 hari berturut-turut wilayahnya tidak mengalami hujan.

Sukasno berpesan, masyarakat harus bisa beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi di masing-masing wilayahnya, terutama bagi petani karena perubahan iklim juga bisa memicu lonjakan organisme yang mengganggu di tanaman pangan.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *