Film Keluar Main 1994, Ceritakan Dilema Remaja SMA – Liputan Online Indonesia

liputanbangsa.comFilm asli Makassar besutan sutradara Ihdar Nur, Keluar Main 1994, sukses memberikan pengalaman menonton film yang menyenangkan.

Dibalut dengan komedi, perpaduan unsur budaya, edukasi, keluarga, dan asmara di dalamnya menjadikan film ini bagaikan menu makanan yang mengenyangkan dengan porsi yang tidak berlebihan.

Cara film ini memasukkan unsur eksperimental dalam visualisasi di beberapa adegan juga menjadi salah satu penyedap tambahan yang membuat film berdurasi nyaris dua jam ini tidak terasa hambar.

Pada pemutaran perdana film Keluar Main 1994 yang diadakan pada Jumat, 22 Maret 2024, media mendapat kesempatan untuk ikut lebih awal dibawa bernostalgia kembali ke masa-masa tahun 1994 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Tone warna yang dipakai di sepanjang film serta skoring utama yang menggunakan lagu Chrisye, “Anak Sekolah”, menjadikan perasaan nostalgia itu bisa disambut dengan baik.

 

Topik Utama Film Keluar Main 1994 yang Relatable

Film produksi DL Entertainment dan Finisia Production tersebut menyajikan suasana SMA di tahun 1994 yang dihiasi berbagai tingkah laku siswa dan siswinya.

Kisah utamanya berputar pada dilema Ibo, yang diperankan oleh Arif Brata untuk memilih meneruskan cita-citanya sebagai pemain sepak bola profesional bersama ketiga sahabatnya atau mengejar ketertinggalannya di bidang akademik sembari mengejar cintanya, Vivi, yang diperankan oleh Alisa Safitri.

Dilema yang berkaitan dengan drama dalam keluarga, pertemanan, serta percintaan anak usia SMA seperti Ibo merupakan topik yang dekat dengan remaja Indonesia yang merupakan target pasar film ini.

Oleh karena itu, cara Ibo dalam menyelesaikan masalah dan dilema yang ia hadapi menjadi poin utama film Keluar Main 1994 yang bisa sekaligus dijadikan pembelajaran.

Di samping Arif dan Alisa, ada pula Andi Jerni yang memerankan Hanih, sebagai saksi dari kisah cinta Ibo dan Vivi, serta Arie Kriting yang memerankan Kaka Frengky, pengawas PSSI sekaligus seseorang dari masa lalu Ayah Ibo.

 

Keluar Main 1994 Tampilkan Unsur Kebudayaan dan Persatuan secara Halus

Dibanding menampilkannya secara gamblang dan simbolik, film Keluar Main 1994 membawakan unsur-unsur kebudayaan Makassar secara halus dan apa adanya.

Selain dibawakan dengan bahasa Bugis sehari-hari, penggambaran Makassar pada 1994 yang ada di dalam film sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari representasi kebudayaan setempat yang memang ingin diperkenalkan ke masyarakat yang lebih luas.

Dari pihak produser hingga para pemain film percaya bahwa cakupan kebudayaan itu nyaris tak terbatas dan tidak harus selalu disimbolkan dalam wujud seperti pakaian atau tarian adat.

“Kebudayaan kan sebenarnya cakupannya luas. Kenapa ketika berbicara tentang Indonesia Timur konteks kebudayaannya harus diletakkan di hal-hal yang sifatnya sangat-sangat tradisional? Nah, sebenarnya kan Makassar di tahun ’94 itu kan merepresentasikan kebudayaan di masa itu,” ucap Arie Kriting pada konferensi pers yang diadakan setelah penayangan perdana film.

Menariknya, tidak hanya Makassar, film Keluar Main 1994 juga menampilkan keragaman budaya lain melalui tokoh-tokoh di dalamnya yang berasal dari daerah-daerah yang berbeda.

Beberapa teman Ibo ada yang berbicara dengan logat Jakarta, ada pula yang berlogat Jawa.

Vivi, sosok yang dicintai Ibo juga termasuk di dalamnya. Di dalam cerita, Vivi bukanlah warga asli Makassar, melainkan murid pindahan dari Jakarta.

Kebhinekaan yang ditampilkan tentu saja menambah poin positif bagi film.

Selain itu, Keluar Main 1994 juga tidak lupa memberikan sentilan di akhir film berupa penyadaran akan pentingnya bahasa daerah sebagai salah satu identitas bangsa.

Adegan ini menjadi tamparan keras, mengingat kondisi kebangsaan rakyat Indonesia saat ini yang sudah terpapar derasnya arus globalisasi sehingga melupakan keistimewaan dari keberadaan bahasa daerah itu sendiri.

Referensi Beragam dari Acara Televisi Hingga Piala Dunia

Bila membicarakan karya seni, termasuk film, tidak lengkap jika tidak membicarakan proses kreatifnya.

Salah satu proses kreatif menarik yang dibagikan Mohammed Sabeq selaku penulis skenario, casting director, dan asisten sutradara film Keluar Main 1994, adalah penggunaan referensi dalam rangka membawa cita rasa lokalitas.

Di dalam film ditampilkan sebuah acara  televisi bertajuk “Bola Matematika”.

Dengan beberapa peserta usia remaja dan seorang pemandu acara laki-laki, acara ini menyajikan kuis matematika yang menggunakan olahraga sepak bola sebagai pendekatannya.

Sabeq mengaku bahwa referensi dari acara yang ditampilkan di dalam film berasal dari acara serupa yang memang pernah menjadi salah satu program edukasi di salah satu saluran televisi nasional.

Menariknya lagi, acara tersebut memang ditampilkan khusus di wilayah Sulawesi Selatan pada 1994.

Di samping itu, Piala Dunia yang berlangsung di tahun tersebut juga memberikan peran yang cukup besar di dalam film.

Meskipun Sabeq mengakui bahwa Piala Dunia 1994 hanya merupakan selingan di dalam film, tokoh utama yang bercita-cita menjadi seorang kiper handal membutuhkan idola atau role model sebagai latar belakang tambahan yang memberikan keunikan tersendiri.

Berangkat dari sana, lahirlah sosok Ibu yang mengidolakan penjaga gawang Rene Higuita beserta tendangan scorpion ikonik miliknya.

Film panjang pertama DL Entertainment ini bisa disaksikan di seluruh bioskop Indonesia mulai Kamis, 28 Maret 2024.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *