KALIMANTAN, liputanbangsa.com – Masjid Negara di Ibu Kota Nusantara (IKN) dapat digunakan untuk salat Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah atau pada 2025 mendatang.
Masjid Negara di IKM dapat menampung 5.580 jamaah, dengan kapasitas maksimal direncanakan sebanyak 60.000 jamaah.
Masjid Negara adalah masjid yang berada di Ibu Kota Negara Indonesia menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat kenegaraan.
Saat ini Masjid Istiqlal sebagai Masjid Negara, dengan dipindahkannya Ibu Kota Negara ke Nusantara, sehingga Masjid di IKN menjadi Masjid Negara.
“Pembangunan Masjid Negara IKN telah mencerminkan kemajuan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara dan juga menegaskan semangat kebhinekaan, penghormatan serta toleransi antarumat beragama,” kata juru bicara kantor komunikasi kepresidenan, Hariqo Wibawa Satria kepada wartawan, Minggu (8/12).
“Masjid ini akan berdampingan di area pusat peribadatan dengan tempat ibadah lainnya, seperti gereja, pura, vihara, klenteng dan Basilika Nusantara Santo Fransiskus Xaverius yang merupakan basilika pertama di Indonesia, dan tahun 2022 disampaikan Kementerian Agama telah mendapatkan izin prinsip dari Vatikan,” sambungnya.
Selain sebagai tempat ibadah, lanjut Satria, masjid juga diharapkan semakin memaksimalkan perannya dalam meningkatkan toleransi antarumat beragama, menjaga kerukunan antarwarga, menjaga persatuan bangsa, menguatkan moderasi beragama, serta meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan yang toleran berciri khas Indonesia, muslim nusantara.
Hal ini sesuai dengan Asta Cita yang kedelapan, memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
“Saat ini Masjid Negara IKN sedang proses pembangunan merupakan tahap I yang terdiri dari bangunan utama dengan 4 lantai, 2 lantai mezzanine dan pelataran 2 lantai untuk serbaguna dan parkir, dapat menampung nantinya 29.000 jamaah,” ungkap Satria.
Ia menegaskan, langkah ini membuktikan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk melanjutkan pembangunan IKN, sekaligus menyediakan fasilitas ibadah yang memadai dan representatif bagi seluruh masyarakat Inonesia, sesuai Visi Indonesia Maju.
Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 32.125 m2 dengan luas bangunan masjid dan plaza seluas 60.173 m2, serta Minaret seluas 427 m2.
Selain itu juga terdapat bangunan komersial seluas 2.212 m2 (2 lantai), dan bangunan penunjang seluas 727 m2 (1 lantai).
“Masjid Negara dilengkapi fasilitas parkir yang mendukung kebutuhan pengunjung, termasuk 4 lot khusus VVIP, 1 lot untuk difabel. Selain itu, tersedia juga 5 lot parkir yang diperuntukkan bagi bus, serta pada lantai LG di area pelataran dengan kapasitas 64 lot parkir,” papar Satria.
Lebih lanjut, Satria menyatakan bahwa bangunan masjid terdiri dari tiga bagian yaitu kubah utama, plaza terbuka dan minaret.
Bentuk kubah masjid mengambil konsep simbol sorban dan galaksi sebagai penafsiran semesta alam raya yang tanpa batas.
Sementara, area plaza terbuka memberikan ketegasan akses arah Kiblat, sedangkan menara masjid atau minaret memiliki tinggi 99 meter melambangkan asmaul husna serta menghadirkan bentuk melingkar ke atas menyiratkan doa yang dipanjatkan dan untuk melambangkan nilai keilahian atau ketuhanan.
“Masjid IKN akan berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual yang inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.
(ar/lb)