liputanbangsa.com – Bukan merubah pola makan ataupun mengonsumsi makanan yang kaya akan probiotik, meditasi adalah cara untuk meningkatkan kesehatan usus.
Menurut sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal General Psychiatry, ada cara lain yang dapat mengubah mikrobioma usus, yaitu dengan melakukan meditasi.
Jika membicarakan meditasi, informasi yang beredar di masyarakat secara luas berfokus pada manfaat kesehatan mental untuk menenangkan diri. Namun, dalam studi ini, para peneliti ingin mengetahui apakah meditasi juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan usus.
Untuk membuktikannya, mereka menganalisis sampel tinja dan darah dari biksu Budha Tibet dan membandingkannya dengan kontrol yang tidak bermeditasi. Para biksu di mata masyarakat merupakan orang yang rajin bermeditasi dan tidak mengonsumsi sesuatu yang dapat mengubah usus mereka seperti antibiotik, antijamur, atau probiotik.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol, para biksu memiliki lebih banyak jenis bakteri baik yang berhubungan dengan kesehatan mental positif. Temuan ini juga menemukan bahwa kelompok meditasi memiiliki metabolisme yang lebih kuat.
Dilihat dari sampel darah, para biksu memiliki risiko rendah terhadap penyakit kardiovaskular karena rendahnya zat-zat seperti kolesterol dan apolipoprotein B.
“Mikrobiota yang diperkaya pada biksu dikaitkan dengan penurunan risiko kecemasan, depresi, dan penyakit kardiovaskular, serta dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,” tulis peneliti dalam studi mereka
“Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa meditasi memainkan peran positif dalam kondisi psikomatik dan kesejahteraan,” ungkapnya.
Selain bermeditasi, mengonsumsi lebih banyak makanan padat nutrisi, tidur yang cukup, dan berolahraga, dapat mendukung kesehatan usus yang optimal. (afifah/lbi)