[ad_1]
Inovasi dalam berbisnis pada masa kini perlu dilakukan. Carea Batik mampu membuat motif batik yang dibuat menggunakan bahan-bahan daur ulang.
BERANGKAT dari permasalahan sampah limbah kain yang sulit diurai, Carea Batik sukses menghasilkan inovasi berupa batik kain perca. Selain mengurangi limbah yang ada, batik kain perca menjadi bisnis yang menjanjikan.
Pemilik Carea Batik, Dinar mengaku, awalnya dia resah melihat banyaknya terjadi penumpukan sampah dari kain dimana-mana. Hal itu menjadikannya berfikir cara memanfaatkan pengelolaan kain perca atau kain sisa untuk dijadikan motif batik.
“Daripada kebuang dan memberatkan bumi, ya kita kelola perca saja dan lebih peduli ke bumi. Temannya adalah sustainable,” katanya, belum lama ini.
Tidak hanya berangkat dari permasalahan sampah saja, ia juga bergabung dengan komunitas perca dan fashion. Akhirnya, Dinar mendapatkan pengalaman dari dua komunitas tersebut.
“Saya masukan unsur fashion dan perca untuk karya saya. Kain perca dari produk saya sendiri, sisa-sisa jahitan kita olah sendiri, ” jelasnya.
Dinar sendiri sudah menggeluti dunia fashion sejak tahun 2019, sedangkan berinovasi menggunakan kain perca pada tahun 2021. Bagi dia, motif batik yang menggabungkan kain perca itu terlihat fress dan terlihat sangat cocok untuk segmen anak muda.
“Kalau batik-batik aja, kesannya seperti ketuaan. Kombinasi seperti ini lebih seger dan untuk segmen anak mudah sangat masuk, ” ucapnya.
Adapun hasil produknya itu sementara hanya untuk khusus wanita saja, seperti baju atasan, outer, dan bawahan. Saat ditanya soal pasaran batik kain perca dijual di daerah mana saja, Dinar mengaku hanya dijual di Indonesia, belum sampai ke mancanegara.
“Penjualan masih Indonesia saja sih. Pameran-pameran masih paling Jawa Tengah. Tapi, kalau penjualan segmen kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya,” ucapnya.
Dinar menambahkan, harga batik perca yang ia jual dibanderol mulai Rp 200.000 hingga Rp 500.000. Ia juga mengaku, batiknya masih menggunakan batik cap. Sebabnya, jika gunakan batik tulis harganya cukup mahal.
“Kalau batik saya pakai cap, karena tulis itu masih mahal. Dan saya enggak pakai printing dan lebih menghargai pengerajin ya,” pungkasnya. (luk/lbi)
[ad_2]
Beranda