LiputanWisata, Kendal – Pemerintah Kabupaten Kendal terus memperluas digitalisasi untuk memudahkan masyarakat. Salah satunya penerapan transaksi digital di tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Kendal.
Digitalisasi di Destinasi wisata (DTW) diawali dengan pembayaran tiket masuk wisata menggunakan Qris. Selanjutnya untuk kantin atau kios di tempat wisata bisa menerapkan pembayarannya melalui Qris.
Sekretaris Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kendal, Sadtata Hak Azasia Adhi Pradhana mengatakan, pihak Disporapar Kendal menyambut baik penggunaan Qris, karena bisa pembayaran tiket masuk. Namun perlu disosialisasikan kepada masyarakat tentang sistem pembayaran secara digital ini. “Pada prinsipnya, penggunaan Qris itu, dari Dinas Pariwisata menyambut baik, namun yang perlu diperhatikan adalah sosialisasi kepada masyarakat, karena berdasarkan pengalaman, dari masyarakat masih banyak yang belum terbiasa menggunakan sistem pembayaran elektronik semacam itu,” katanya.
Sadtata mengatakan, untuk destinasi wisata yang dikelola Pemda Kendal, sudah mulai dicoba sejak awal tahun 2024 ini. Destinasi wisata yang sudah menerapkan pembayaran tiket masuk melalui Qris adalah DTW Curugsewu dan DTW Kolam Renang Boja. “Harapannya bisa diikuti DTW yang lain, bisa bekerja sama dengan bank-bank yang ada di Kabupaten Kendal,” katanya.
Sementara itu, Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kendal menjadikan wisata Kalikesek, Desa Sriwulan, Kecamatan Limbangan sebagai pilot projek penerapan transaksi digital. Untuk pembayaran tiket masuk wisata sudah bisa menggunakan Qris.
Kepala Bapenda Kendal, Abdul Wahab mengatakan, pembayaran tiket menggunakan Qris ini akan memudahkan pengunjung juga pengelola. Wisata Kalikesek yang jauh dari pusat kota, ternyata mampu menerapkan transaksi digital, sehingga bisa diikuti tempat wisata lainnya. “Bapenda Kendal siap mendampingi bagi tempat wisata lain yang siap menggunakan Qris,” ujarnya.
Sementara Sekretaris Unit Wisata Kalikesek, Arik Anas Ma’ruf menjelaskan, penerapan transaksi digital sudah dilakukan selama 6 bulan. Ada 4 petugas yang disiagakan untuk melayani pembayaran digital di wisata ini. “Beberapa warung UMKM, juga sudah menerapkan transaksi melalui Qris, meskipun masih tetap menerima pembayaran secara manual,” katanya.
Arik mengatakan, BUMDes Sriwulan terus mensosialisasikan transaksi digital. Hal ini lantaran lebih praktis, karena petugas tidak perlu repot menyiapkan banyak uang kembalian untuk wisatawan.
“Hemat waktu juga. Apalagi kalau weekend pengunjungnya membludak. Untuk sekarang antusiasnya masih anak-anak muda yang lebih suka cashless,” ujarnya.
Kepala Desa Sriwulan, Sulistyo berharap, penerapan digitalisasi di tempat wisata bisa lebih luas lagi. Ia ingin, digitalisasi tidak hanya transaksi saja melainkan bisa tarik tunai, karena sangat dirasakan lebih mudah. “Harapan kami, untuk pedagang dan pengunjung lebih tertarik dengan pembayaran digital. Apalagi untuk catatan transaksi juga otomatis dan terstruktur,” tandasnya.