KUDUS, liputanbangsa.com – Selain Tari Kretek yang sudah terkenal, Kabupaten Kudus juga memiliki tarian kolosal lainnya dalam penggambaran suatu kebudayaan melalui kesenian. Salah satu diantaranya adalah hadirnya tari “Lajur Caping Kalo”.
Kepala Desa Gulang Kecamatan Mejobo Kudus, Aris Subkhan menceritakan, tari “Lajur Caping Kalo” diinisiasi untuk mempresentasikan sekaligus melestarikan warisan budaya asli Kudus, yakni Caping Kalo.
Dijelaskannya, Caping kalo merupakan penutup kepala perempuan yang biasanya menjadi satu bagian dengan busana adat Kudus. Keberadaannya sebagai ornamen busana adat Kudus menjadikan caping kalo hanya terbatas digunakan pada momen-momen seremonial, seperti peringatan hari jadi Kota Kudus, agenda pariwisata, atau dalam seni pertunjukan tari.
Upaya pelestarian caping kalo, lanjut Aris Subkhan, dibuktikan dengan adanya perajin yang merupakan warga asli Desa Gulang. Selain itu, di Gulang konon (dulu) ceritanya jika ada orang yang mempunyai hajat, busana khasnya sebagai penutup kepala memakai caping kalo dengan bawahan jarik.
“Disini ada warga (Desa Gulang) perajin caping kalo, lalu timbul inisiatif untuk membuat tari “Lajur Caping Kalo”, terlebih, tarian tersebut mendapat dukungan penuh oleh pihak swasta, dalam hal ini Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN) yang bekerjasama dengan pemilik hak cipta tari “Lajur Caping Kalo, Balai Budaya Rejosari (BBR),” ujarnya.
Lalu pada bulan februari 2023 lalu, masih kata Aris Subkhan, pihaknya mengajak sejumlah remaja putra dan putri warga Gulang, serta mendapat dukungan dari SMAN 1 Mejobo dengan tujuan mengikutkan siswa-siswinya untuk mengikuti pelatihan tari “Lajur Caping Kalo”. Mereka, di Balai Budaya Rejosari (BBR), dilatih oleh instruktur tari professional,
“1 tim penari caping kalo sendiri berjumlah 9 orang, 7 perempuan dan 2 laki-laki, saat ini sudah mempunyai 2 tim,” terangnya.
Dirinya menyebut, tari “Lajur Caping Kalo” dan Lagu ”Caping Kalo” diciptakan oleh Kinanti Sekar Rahina dari BBR dan di-launching bulan September tahun lalu.
Penari tari “Lajur Caping Kalo” beberapa waktu lalu berkesempatan tampil di suatu acara dan mendapat respon bagus,
“Tim penarinya pernah tampil pada acara Bisafest di Griptha Jumat (10/3/2023) lalu, mendapat tanggapan positif dari tamu undangan,” ungkapnya.
Tari “Lajur Caping Kalo” beberapa waktu lalu juga tampil pada penutupan tradisi Dandangan 2023 di Menara Kudus, pada 22 Maret 2023. Tradisi Dandangan merupakan tradisi kuno khas Kudus dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan.
Terpisah, Ketua Pengurus Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN) FX Sri Martono mengatakan, Eksistensi Caping Kalo, sudah dari dulu dikenal sebagai warisan budaya asli dari Kudus.
Asingnya informasi terkait Caping Kalo sebagai produk budaya khas Kudus, mendasari YKBN untuk menjaga kelestarian Caping Kalo dari kepunahan dan minimnya literasi.
Sebagai informasi, Kilas balik tahun 2022 lalu, Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN) berhasil mencatatkan Caping Kalo di surat Pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal sebagai Ekspresi Budaya Tradisional maupun sebagai Pengetahuan Tradisional khas Kudus.
Sri Martono berharap generasi muda untuk bisa mengembangkan budaya Caping Kalo hingga dapat dikenal dan diterima masyarakat luas nantinya, salah satunya dengan iku terlibat dalam tari “Lajur Caping Kalo”.
“Yang pasti, harapan kami dengan adanya tarian tersebut, diharapkan keberadaan Caping Kalo dapat lestari dengan adanya regenerasi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia, bahkan kalau bisa juga sebagai daya tarik mancanegara. Untuk itu peran generasi muda juga dibutuhkan, sehingga pengembangan budaya Caping Kalo dapat menjadi creative movement khas Kudus,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Mutrikah mengatakan, tari “Lajur Caping Kalo” menurutnya sebuah upaya pelestarian Caping Kalo yang dimiliki oleh masyarakat Kudus,
Apalagi, lanjutnya, Caping Kalo sudah mendapat sertifikat WBTB, tentunya harus ditindak lanjuti dengan progres kegiatan-kegiatan yang lahir dari sebuah inovasi dan kreasi masyarakat. Baik yang berupa seni tari dan potensi kearifan lokal lainnya yang di eksplore dari filosi keberadaan caping kalo.
“Kegiatan yang lahir itu salah satunya bisa berupa tari “Lajur Caping Kalo” itu , karena bisa menambah hasanah budaya dan seni sebagai sarana untuk lebih mengenalkan Caping Kalo agar tetap lestari,” ungkapnya.
Keberadaan Caping Kalo dan tari “Lajur Caping Kalo” tetap menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan sehingga akan memberikan manfaat ekonomi masyarakat sekitar, khususnya yang ada di desa Gulang Kecamatan Mejobo,” tandas Mutrikah. (Oke/lbi)