[ad_1]
SETELAH satu tahun ditinggalkan ibunya, tiada hari di mana Nur Rahmatul Chasanah (22) tidak merindukan ibunya. Ia menganggap ibunya sebagai seorang pejuang tangguh. Karena dalam hidupnya, beliau selalu berusaha membahagiakan anak-anaknya meski dalam keadaan sakit. Beliau juga menjadi sosok yang ia jadikan role model ketika menjadi ibu nantinya.
Ia menceritakan bagaimana ibunya ia anggap sebagai seorang yang tangguh. Sejak 2017 silam, ibunya mengalami sakit keras dan harus terus berjuang melawan penyakitnya setiap waktu. Meski begitu, dalam kondisi sakit, ibunya tetap berusaha membahagiakan anak-anaknya.
“Satu kata yang bisa menggambarkan ibuku itu, dia seorang pejuang. Dia berjuang keras untuk tetap hidup dan melawan penyakitnya. Tapi ia tetap berusaha membahagiakan kami anak-anaknya,” ungkapnya, Kamis (22/12/22).
Sejak meninggalnya Ibu tercinta, tak ada hari tanpa rasa rindu yang menyelimuti hati Rahma. Suasana asyik bercerita dan diskusi berdua menjadi momen paling ia rindukan. Setiap rasa rindu itu melanda, hanya doa baik yang dapat ia panjatkan kepada Tuhan untuk pelipur rindu itu.
“Ibuku sering banget cerita-cerita dan diskusi dengan aku. Dia menganggap aku sebagai temannya. Kami bahkan bisa bercerita hal-hal random di luar nalar, momen itu yang paling aku rindu,” ujarnya.
Saat ini, ia hanya bisa mengucapkan rasa terima kasih kepada ibunya melalui doa dan berusaha mewujudkan pesan ibunya sebelum beliau meninggal. Meski begitu, ia menyampaikan, sampai kapanpun terima kasihnya tidak akan cukup untuk membalas budi baik ibunya.
“Ibu berpesan untuk bisa menamatkan kuliahku, karena ibu dulunya putus sekolah. Aku bakal berusaha untuk lulus kuliah, dapat kerjaan yang baik, dan punya rumah tangga yang baik nantinya. Karena aku ingin bisa menjadi ibu yang seperti ibuku,” terangnya. (cr1/lbi)
[ad_2]
Beranda