Mengenal Ki Ageng Pandanaran, Sosok Pemimpin Pertama Kota Semarang – Liputan Online Indonesia

SEMARANG, liputanbangsa.com Keberadaan Kota Semarang tidak lepas dari sosok ulama Ki Ageng Pandanaran yang merupakan pemimpin pertama di sana.

Tiap tahun digelar acara haul untuk menghormati sosoknya.

Digelar Kirab Ki Ageng Pandanaran dan juga Ki Ageng Pandanaran Art Festival pada Sabtu (27/7/2024).

Kirab digelar dari Jalan Menteri Supeno hingga makan Ki Ageng Pandanaran di Mugas, sedangkan Festival digelar di kawasan Kota Lama.

Dalam acara kirab tersebut dibacakan sejarah singkat dari Ki Ageng Pandanaran oleh pembawa acara.

Sosok ulama itu juga biasa disebut Ki Ageng Pandan Arang atau Raden Abdussalam Pangeran Madyo Pandan.

Dia adalah Bupati pertama Semarang dengan sebutan Ki Ageng Pandan Arang atau Ki Ageng Pandanaran I yang diangkat oleh Pangeran Suryo Panembahan Sabrang Lor Sultan Demak Bintara ke II Adipati Unus di Glagah Wangi.

“Ki Ageng Pandan Arang juga dikenal sebagai tokoh penyebaran Islam di daerah tersebut. Meskipun sezaman dengan para Wali Songo, beliau tidak termasuk Wali Songo,” kata pembawa acara kirab saat membacakan sejarah Ki Ageng Pandanaran di depan Wali Kota Semarang dan keturunan Ki Ageng Pandanaran, Sabtu (27/7/2024).


Disebutkan, asal mula nama Semarang diinisiasi oleh Syeh Wali Lanang berdasarkan situasi lingkungan pada saat itu yang banyak ditumbuhi pohon Asam yang tidak lebat atau jarang-jarang.

Kemudian muncul kata Asem Arang yang kemudian menjadi Semarang. Dulu, wilayah Kota Semarang dan Kabupaten Semarang masih menjadi satu.

“Setelah Ki Pandan Aran wafat kedudukan sebagai penguasa wilayah digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Pangeran Kesepuhan, dengan sebutan Ki Pandan Aran II. Pada waktu itu Kerajaan Demak sudah hancur oleh adanya perebutan kekuasaan. Adapun kerajaan yang berkuasa pada waktu itu adalah Kerajaan Pajang. Oleh Raja Pajang, pengangkatan Pangeran Kesepuhan (Ki Pandan Aran II) sebagai penguasa wilayah Semarang tersebut sekaligus ditetapkan sebagai Bupati, dengan sebutan Adipati Pandan Aran II. Selanjutnya berlangsung sampai sekarang ada tata pemerintahan dalam wilayah administratif yang bernama Kabupaten Semarang,” jelasnya.

Hari Sabtu, 27 Juli 2024 merupakan peringatan Haul Ki Ageng Pandanaran yang ke 522.

Keturunan ke tujuh Ki Ageng Pandanaran, Aris Pandan mengatakan, haul selalu digelar tiap tanggal 17 Muharam karena merupakan tanggal wafatnya Ki Ageng Pandanaran.

Sosok leluhurnya itu merupakan orang yang tegas dan penyebar agama yang jadi panutan. Ki Ageng Pandanaran berasal dari daerah bernama bukit Pragota.

“Sebenarnya Ki Ageng Pandanaran punya lima anak. Salah satu putranya itu Ki Bayat Klaten atau Ki Ageng Pandanaran kedua. Ada yang lain lagi, Pangeran Imogiri, Pangeran Bojong. Ada silsilahnya, tiap tahun ada silaturahmi keluarga,” jelas Aris.

Makam yang berada di daerah Mugas Kota Semarang itu banyak didatangi peziarah. Termasuk pejabat-pejabat di Kabupaten Semarang karena dulu Kabupaten dan Kota Semarang satu wilayah.

“Apalagi jelang Pilwalkot. Beberapa kandidat juga ziarah,” ujarnya.

Dalam prosesi kirab dan haul tersebut, ada juga prosesi penyerahan pusaka dari keluarga Ki Ageng Pandanaran kepada Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) kemudian ke Dinas Pariwisata.

Ada juga penggantian kelambu penutup makam Ki Ageng Pandanaran serta istri, Endang Sejanila dan guru spiritualnya, Syeh Maulana Ibnu Abdussalam yang ada di satu lokasi.

“Kelambu ini dijahit oleh keluarga. Sudah sejak lama, turun-temurun, jadi juga sudah melalui jamasan. Jadi yang lama ini dibersihkan kemudian untuk digantikan lagi tahun depan,” ujarnya.

 

(ar/lb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *