JAKARTA, liputanbangsa.com – Pemimpin Gereja Katolik Dunia dan kepala negara Vatikan Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis, 5 September 2025.
Di masjid terbesar Indonesia itu, Paus memasuki terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral.
Terowongan bawah tanah ini dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai 15 Desember 2020 dan selesai pada pada 20 September 2021, bersamaan dengan renovasi masjid Istiqlal.
Ini bukan sekadar terowongan untuk penyeberangan, melainkan juga simbol toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Terowongan Silaturahmi yang dibangun dengan biaya Rp37,3 miliar itu tersambung dengan basement parkir di Masjid Istiqlal yang dapat menampung 1.000 unit mobil.
Diharapkan terowongan ini membuat ruang parkir itu bisa digunakan bersama. Pada Jumat bisa digunakan jamaah Masjid Istiqlal, sedangkan Minggu bisa dipakai jemaat Gereja Katedral Jakarta.
Panjang Terowongan
Terowongan Silaturahmi dibangun sepanjang 28,3 meter dengan tinggi 3 meter dan lebar 4,1 meter. Luas terowongan ini 136 meter persegi dengan total luas shelter dan tunnel 226 meter persegi.
Dinamakan Terowongan Silaturahmi karena dapat digunakan oleh pengunjung Gereja Katedral maupun pengunjung Masjid Istiqlal.
Banyak yang mengira terowongan ini berada di dalam masjid, tetapi sebenarnya dibangun di depan gerbang utama dan tembus ke gerbang masuk Gereja Katedral.
Eksterior terowongan menggunakan material transparan sehingga tidak menghalangi pemandangan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang merupakan bangunan cagar budaya. Adapun interiornya dibuat senada dengan interior Masjid Istiqlal menggunakan marmer.
Alasan Memilih Desain Terowongan
Sebelumnya terdapat beberapa pilihan konstruksi untuk menghubungkan kedua rumah ibadah itu, salah satunya adalah jembatan penyeberangan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan karena faktor keamanan dan keselamatan desain yang dipilih adalah terowongan bawah tanah.
Selain faktor keamanan pengguna, Terowongan Silaturahmi juga dibangun dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan bangunan.
Ini karena Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral merupakan bangunan cagar budaya yang harus dijaga.
Masjid Istiqlal dibangun pada 1961 pada masa Presiden Soekarno dengan arsitek seorang Nasrani, Frederich Silaban.
Lokasinya dekat dengan Gereja Katedral yang sudah ada sejak zaman kolonial menjadi lambang toleransi beragama.
Adapun bangunan Gereja Katedral bergaya neo-gotik yang ada saat ini diresmikan pada 21 April 1901.
Sebelum bangunan ini, Gereja Katedral yang memiliki nama resmi Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga atau De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming ini merupakan bekas rumah Letnan Gubernur Jenderal H.M. de Kock yang beberapa kali mengalami kerusakan dan pemugaran.
Paus Fransiskus mengatakan Terowongan Silaturahmi ini memungkinkan perjumpaan, dialog, dan membagikan pengalaman spiritual untuk hidup bersama antarumat beragama di Indonesia.
“Dapat menjadi pengalaman nyata persaudaraan dalam iring-iringan solidaritas, peziarahan suci,” kata Paus Fransiskus saat memberikan sambutan dalam kunjungannya di Masjid Istiqlal.
(ar/lb)