[ad_1]
SEMARANG, liputanbangsa.com – Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jateng Widwiono mengatakan, penyebab tingginya kasus stunting di Jateng adalah pernikahan dini. Oleh karena itu, pihaknya gencar memberikan perhatian khusus untuk mencegah kasus tersebut. Salah satunya dengan memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi kepada para stakeholder atau tokoh masyarakat terkait akan bahaya pernikahan dini.
“Nah baru di situ mereka paham, jadi itu strategi pendekatannya kepada mereka dengan strategi seperti itu (edukasi kesehatan reproduksi) mereka baru tau,” katanya belum lama ini.
Widwiono menambahkan, hal itu diketahui usai pihaknya melakukan evaluasi selama beberapa tahun terakhir. Peran tokoh masyrakat sangat penting dalam proses percepatan penurunan kasus stunting di Jateng dengan pendekatan khusus yang digunakan.
“Kita tidak bicara tentang nikah muda itu dampaknya ke perceraian atau ke KDRT itu tidak. Ternyata yang paling ampuh ketika kita bicara tentang dampak kawin muda terhadap kesehatan reproduksi, para tokoh masyrakat disana baru ngeh ternyata dampak terhadap kesehatan reproduksi akibatnya fatal, yakni kematian ibu ketika melahirkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa masih banyak wilayah di Jateng dengan kasus stunting yang masih tinggi. Di antaranya adalah Kabupaten Wonosabo, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kebumen.
“Kita perlu waspada karena bagaimana pun yang lebih baik itu bersifat pada gaya hidup, yang mencakup masyarakatnya punya rumah layak huni, punya jamban dan seterusnya. Nah ini dikejar dari kami di Pemerintah Provinsi Jateng untuk penurunan angka stunting termasuk penurunan kemiskinan itu,” tegasnya.
Menurutnya, Pemprov Jateng terus mengupayakan percepatan penurunan kasus stunting di Jawa Tengah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan perhatian khusus bagi wilayah yang memiliki kasus stunting yang masih tinggi tersebut. (luk/lbi)
[ad_2]
Beranda